Chapter 13

26.6K 2.1K 86
                                    

Happy Reading🌻

"Lang, minuman lu gue ambil ya!" pinta Sean sambil meneguk minuman kaleng yang dia dapatkan dari dalam kulkas.

Elang dengan gerakan cepat segera merebut minuman kaleng itu dan meneguknya habis.

"Ini ada alkoholnya!"

"Ck, pelit banget lu." Sean berdecak sebal. Ayolah, dia bukan pemuda polos yang baru mengenal minuman beralkohol. Dia dulu sering meminum minuman itu.

"Bukannya pelit, tapi lu jangan minum ini. Yang lain aja ya," jelas Elang sabar.

"Pelit tetep aja pelー"

Ting.. tong..

Ucapan Sean menggantung saat bel pintu apartemen Elang berbunyi. Sean menatap Elang seolah bertanya.

"Gue cek dulu."

Elang segera melangkah ke arah pintu apartemen. Sedangkan Sean, pemuda itu masih diam memikirkan siapa yang datang ke apartemen Elang.

"Siapa?"

"Ikut gue!" Elang menarik tubuh Sean untuk masuk ke dalam kamarnya.

"Lu ngapain sih! Siapa yang dateng?" tanya Sean dengan wajah herannya.

"Lu diem di sini! Jangan keluar, jangan berisik!" titah Elang sambil mendorong Sean agar masuk ke dalam lemari besar miliknya.

"Tapー"

Cup!

"Nurut Sean. Di depan ada sodara gue!" jelas Elang sedikit kesal.

Sean merapatkan bibirnya saat telinganya mendengar kata saudara.

Itu pasti Satria.

"Jangan kemana-mana!"

Sean dengan perlahan menganggukan kepalanya. Hal itu mampu membuat Elang tersenyum lega dan mulai menutup pintu lemari besar itu, lalu keluar dari walk in closet.

Tubuh mungil Sean yang berada di dalam lemari itu masih diam mematung dengan tatapan kosong.

Ada beberapa pertanyaan di benaknya.

Haruskah dia segera menyelesaikan urusannya dengan Satria?

Apa Sean harus memberi tahu Elang jika dirinya adalah orang yang dijodohkan dengan kakaknya?

Sean yakin Elang tidak mengetahui hal itu. Karena beberapa tahun lalu, lebih tepatnya saat Sean dijodohkan dengan Satria. Sean tidak melihat kehadiran Elang di acara itu.

"Ck, gini amat nasib gue."

Tapi yang paling penting untuk sekarang, dirinya harus yakin dengan tujuan awalnya. Yaitu menolak dan berjuang melepaskan statusnya sebagai calon istri Satria.

"Maafin Iyan, Nda. Tapi Iyan gak cinta sama Bang Satria."

***

Pagi-pagi sekali Sean sudah berkutat dengan peralatan masaknya, menyiapkan nasi goreng untuk bekal sang majikan yang tidak tahu diri.

Ya, Elang meminta dibawakan bekal berupa nasi goreng kesukaannya.

Sebenarnya Sean bisa saja menolak, namun kasihan juga lelaki itu. Mengingat Elang yang hidup sendirian seperti itu membuatnya tak tega.

Setelah selesai menyiapkan bekal untuk Elang, Sean melangkah pergi ke kamarnya guna mengganti pakaian.

Masih dengan penampilan cupu dan culunnya, Sean mengambil ransel miliknya lalu kembali melangkah keluar berniat untuk berangkat sekolah.

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang