Happy Reading🌻
Jam sudah menunjukan pukul 06.00 pagi. Sean sudah siap untuk pergi ke sekolah.
"Gue mah diapain juga tetep ganteng," puji Sean pada dirinya sendiri dengan penuh percaya diri.
Drtt... drtt...
Getaran ponsel di saku celananya mampu mengalihkan fokus Sean. Dia perlahan merongoh sakunya.
Seketika bola matanya melebar sempurna dengan raut wajah panik saat melihat isi pesan itu.
+62827*******
| Babu, jangan lupa baju gue.
"..."
Dengan langkah cepat, Sean menuju balkon kamarnya.
"LOH, BAJUNYA MANA?!" heboh Sean semakin panik saat tidak melihat baju Elang di sana.
"Anjir, mati gue!"
Sean seharusnya mengangkat jemuran itu semalam, tapi dia lupa. Jika seperti ini, bisa dipastikan jika baju seragam Elang pasti jatuh atau terbawa angin.
Sial, jika itu benar maka tamatlah riwayat Sean. Dia bingung harus seperti apa jika sudah begini.
"ARGGHHHH!"
Sean mengerang dengan memegang kepalanya yang terasa ingin meledak. Dia malas jika harus berurusan dengan cowok seperti Elang.
"Gue beli aja kali ya yang baru?" monolog Sean tak yakin, karena seragam SMA Nusa Bangsa tidak ada di pasaran alias tidak di perjual belikan sembarangan, dan harus membeli langsung di koprasi sekolah.
Tapi yang menjadi masalah adalah, bagaimana jika di koprasi sekolah tidak ada baju seragam lagi yang tersisa. Sean saja harus menunggu beberapa hari untuk mendapatkan baju seragam miliknya.
Dan jika pun masih ada yang tersisa, bagaimana jika Elang menolaknya dan kekeh ingin seragamnya yang lama.
Sungguh sangat merepotkan. Baru saja masuk ke lingkungan baru, Sean malah mendapat sambutan seperti ini.
Tapi apa boleh buat jika sudah seperti ini, mau tak mau dia nanti harus menjelaskan dan meminta keringanan jika lelaki itu masih kekeh ingin baju seragam miliknya kembali.
Entahlah, semoga saja keberuntungan berpihak padanya. Semoga saja lelaki itu mau mengerti situasinya.
***
"Mana?"
Sean menatap Elang dengan tatapan berkaca-kaca, mencoba membuat laki-laki itu luluh dengan tatapannya.
"Bajunya ilang," cicit Sean.
Elang menatap Sean dengan raut wajah yang semakin datar. Sebenarnya Sean ini manusia macam apa? Pemuda itu selalu berhasil membuatnya kesal dan gemas di waktu yang bersamaan.
"Maaf," lanjut Sean sambil mengerucutkan bibirnya saat melihat tatapan menusuk itu.
"ELU!" Elang meremas udara di depan wajah Sean, menyalurkan kekesalannya.
"Jelasin!" kata Elang datar, masih dengan raut wajah kesalnya.
Sean menelan ludahnya kasar, bingung harus menjelaskan seperti apa.
"Ekhem!" Sean berdehem pelan dengan menatap sekeliling yang tidak ada satupun orang yang mau membantunya keluar dari situasi mengerikan ini.
"Cepet!"
"Iya iya bentar gue mikir dulu."
Sean menghembuskan napas kasar, bersiap untuk bercerita. "Jadi tuhー"
KAMU SEDANG MEMBACA
Confidential (END)
Teen Fiction⚠️ BL LOKAL Sean Wilson terlibat dalam insiden dengan seorang lelaki mabuk di tengah jalan. Namun, tanpa disadari ia meninggalkan barang berharga di tempat kejadian yang akan membawa perubahan besar dalam hidupnya. "Kita gak pacaran, tapi lu punya...