Chapter 24

21.9K 1.7K 38
                                    

Happy Reading🌻

Dengan perlahan dan penuh kesabaran, Sean menutup luka yang berada di tangan Elang menggunakan kain kasa.

Meskipun Elang tengah marah dan sedikit kecewa pada Sean, namun lelaki itu tetap bermanja-manja pada pemuda itu seperti biasanya.

Terbukti dengan kini dirinya membiarkan Sean mengobati lukanya, dengan kepala Elang yang bertumpu di pundak Sean, serta sebelah tangannya yang memeluk tubuh pemuda itu, seolah takut jika Sean pergi meninggalkannya.

Mereka duduk saling berhadapan dengan posisi sangat dekat, membuat Sean harus ekstra sabar menghadapi sikap manja Elang.

"Udah," ucap Sean memberi tahu.

"Sebentar banget," gumam Elang dengan kepala kini semakin menelusup masuk di lekukan leher Sean.

Sean sendiri mendengus sebal. Tadi saja lelaki itu memaki-maki dirinya.

"Awas, gue mau keluar," ketus Sean.

"Gak boleh!" tolak Elang sambil mengeratkan pelukannya.

"Dih, gak ingat lu tadi ngusir gue?"

"Itukan tadi. Lagian ngapain juga lu keluar? Oh gue lupa, pasti lu mau nemuin si Satria kan," sinis Elang mampu membuat Sean memutarkan bola matanya malas.

"Kalo iya kenaーahhks!"

Ucapan Sean terhenti dan diganti dengan suara ringisan pelan saat Elang tiba-tiba menggigit bahunya.

"Anjing, sakit bego!" marah Sean sambil menggeplak bahu Elang.

"Sakitan juga hati gue."

Sean menghembuskan napas jengah dengan sikap Elang yang seperti ini.

"Awas, gue mau beresin ini."

Elang tak menghiraukan ucapan Sean. Dia malah menduselkan hidung mancungnya di leher jenjang pemuda itu.

"Harusnya gue kasih tanda lagi di sini yang banyak, biar si Satria tau kalo lu udah ada yang punya," ucap pelan Elang sambil mengecup basah leher Sean.

"Ck, udah deh Lang. Habis leher gue kena jigong lu. Anjir, jangan digigit! Elang babi, gue jambak nih rambut lu!" ancam Sean yang tak dihiraukan oleh Elang.

"Sebenernya gue marah sama lu Yan, tapi gue gak bisa kalo harus jauh dari lu. Jadi gimana dong?"

"Bacot, gak peduli. Lepasin!"

Tok... tok... tok...

Suara ketukan pintu mampu mengalihkan fokus Sean. Elang semakin mengeratkan pelukannya seolah dia tidak takut jika orang lain melihat mereka berpelukan seperti ini.

"Lepas anjir!" geram Sean.

"Gak mau."

"Elang!"

"Enggak mau Yannn!"

Sean menghembuskan napas kasar dan dengan penuh paksaan dia melepas paksa pelukan itu, membuat Elang mendengus sebal.

"Bisa gak sih jangan keras kepala kalo dibilangin?" ucap Sean jengah.

"Bisa gak sih nurut kalo gue larang?" ucap balik Elang yang mampu membuat Sean memejamkan matanya sesaat.

Tok... tok... tok...

Kembali suara ketukan pintu itu terdengar jelas. Dengan gerakan cepat Sean bangun dari duduknya. Namun baru saja ia berdiri, tubuhnya sudah duduk kembali di atas kasur.

Cup!

Sean membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang Elang lakukan. Tangannya dengan cepat mendorong dada bidang lelaki itu, namun nihil, Elang malah semakin menahan tengkuknya.

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang