Chapter 57

15.3K 1.2K 21
                                    

Happy Reading🌻

Sean dan Elang, dua pria itu saat ini tengah berada di dalam kamar mandi. Sean yang sibuk membantu menggosok tubuh Elang, dan Elang yang hanya diam saja menurut pada sang istri.

"Sayang maaf," ucap Elang kesekian kalinya. Setelah sepenuhnya sadar dari efek obat itu, Elang tak henti-hentinya mengucapkan kata maaf pada Sean.

Dan apakah kalian tahu, metode yang digunakan Sean untuk membangunkan Elang sangatlah kejam.

Saat mereka berdua sudah sampai di apartemen, Sean langsung menyeret Elang masuk ke dalam kamar mandi, dan segera mengguyur tubuh lelaki itu menggunakan air dingin.

Bahkan Sean dengan otak warasnya menggunakan air dingin yang berada di dalam kulkas.

Jangan kalian harap Sean akan mengobati Elang dengan cara melakukan hubungan seks, karena nyatanya Sean berbeda.

Tak henti sampai disitu, Sean merendam tubuh Elang di bathtub dengan dipenuhi oleh bongkahan es kecil, hingga air itu benar-benar terasa dingin.

Sean masih diam membisu tak menanggapi ucapan Elang. Saat ini Sean tengah menggosok kembali tubuh bagian depan suaminya itu.

Elang menundukkan kepalanya bingung harus dengan cara apa lagi agar Sean mau berbicara padanya. Elang merasa sangat bersalah pada istrinya itu. Elang merasa dirinya sudah kotor akibat kejadian yang tak sepenuhnya dia ingat dengan jelas.

"Maafin aku sayang," ucap Elang lagi dengan masih menundukkan kepalanya, tak berani menatap wajah Sean.

Saat ini Elang benar-benar takut pada Sean, takut Sean meninggalkannya karena hal ini.

Sean dengan perlahan menangkup wajah Elang. Dapat dia lihat bola mata lelaki itu kini berubah memerah dengan cairan bening di sudut matanya.

Sean masih enggan untuk mengeluarkan suara, hanya mampu mengusap setiap inci wajah Elang dengan serius, menghilangkan kuman-kuman yang sudah di sebarkan oleh Sesil.

Setelah dirasa cukup karena melihat Elang pun yang sudah mulai kedinginan, Sean menyudahi aksi memandikan lelaki itu.

Sean mengulurkan handuk pada Elang yang di terima dengan ragu oleh lelaki itu. Setelah handuk itu sudah berada ditangan Elang, Sean beranjak dari posisinya lalu melangkah pergi keluar dari dalam kamar mandi meninggalkan Elang seorang diri, menatap kepergian Sean dengan raut wajah sendu.

"Maaf..."

Kini Sean berada di ruang tamu seorang diri, fokus memainkan ponsel miliknya untuk mengetahui kabar mengenai wanita jalang Sesil dan Riko si bartender.

"Gimana?" tanya datar Sean pada orang yang dia hubungi saat ini.

"Aman bos, tapi..."

Dahi Sean mengerut saat mendengar nada yang berbeda dari orang suruhannya.

"Tapi apa?" geram Sean tak sabar.

"Kayaknya Nyonya tahu tentang masalah ini," bisik orang suruhan Sean.

Sean memejamkan matanya dengan memijit pelipisnya yang terasa pening. Jika orang Oma nya tahu tentang hal ini, maka bisa di pastikan urusan ini akan sangat panjang.

"Oma ada di situ?" tanya ragu Sean dengan menggigit ujung kuku jari tangannya.

"Dasar bocah nakal!" semprot suara cempreng di sebrang sana dengan Sean yang otomatis menjauhkan ponselnya.

"Harusnya kamu kasih tau Oma dari tadi," pekik Oma Rima di sebrang sana sedang misuh-misuh tidak jelas.

Sean menelan ludahnya kasar sebelum mengeluarkan suara. "Oma udah banyak bantu Iyan, jadi untuk kalー"

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang