Happy Reading🌻
Sean menghembuskan napas berat dan menggelengkan kepalanya menatap Elang lelah karena lelaki itu semakin menjadi dengan aksinya.
"Omongan Oma terlalu sesat buat lu yang udah sesat," gumam Sean menahan tangan Elang.
"Sama-sama sesat. Jadi gas aja lah," ucap Elang dengan menurunkan baju piyama Sean.
"Mau ngapain sih?" jengah Sean sambil mencoba menaikkan baju piyamanya kembali.
"Mau buat debay. Jadi kalo nanti Papa atau yang lainnya maksa gue buat jauhin lu. Gue punya alesan."
"Di sini," tunjuk Elang mengusap perut rata Sean. "Ada kecebong gue," lanjutnya sambil tersenyum lebar, dan anehnya lagi hal itu mampu membuat hati Sean berdesir hangat.
"Pikiran lu jauh banget." Sean menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan pikiran Elang.
Perlahan tapi pasti Elang menarik tubuh Sean yang masih menggunakan piyama dengan kancing terbuka itu, mendekapnya erat dan menghirup wangi tubuh Sean yang selalu menenangkannya.
"Gue sayang sama lu Yan." Sean terdiam saat mendengar ucapan Elang.
"Lu lebih milih Satria yang sempurna atau gue, laki-laki brengsek yang terus ganggu hidup lu?" Kembali Sean terdiam membisu mendengarkan semua ucapan lelaki itu.
"Gue tau kok Satria emang sempurna. Dia sukses, punya bakat, pinter, punya jabatan, karir bagus dan kebanggan orang tua. Tapi gue juga berhak kan buat dapetin lu?"
"Kata Papa, cuma Satria yang pantes buat dapetin putra tunggal dari keluarga Wilson. Gue juga bisa kan, Yan?"
Sean mengeratkan pelukannya dengan menggigit pelan bahu Elang. Kenapa Elang berbicara seperti ini. Memangnya siapa dia sampai harus mendapatkan suami se sempurna itu.
Sean hanya pemuda biasa, yang hanya membutuhkan orang yang bisa menjaga nya karena kedua orang tuanya sudah meninggal.
Bukan tentang siapa yang pintar, sukses, atau pun punya karir dan jabatan bagus. Keluarga Wilson tidak membutuhkan itu.
Tidak, Sean yakin dan paham kedua orang tuanya hanya ingin dia aman dan bahagia, ya hanya itu.
"Siapa yang bilang kalo syarat buat jadi suami gue harus sukses atau punya jabatan bagus?" tanya Sean mampu membuat Elang terdiam.
Elang tahu, ayah Sean adalah orang yang sangat disegani. Beliau adalah seorang panglima angkatan laut yang memiliki banyak kekayaan yang tak akan habis sampai 14 turunan sekalipun.
"Udah ah, gak cocok kita bahas yang serius-serius," ucap Sean tiba-tiba mengubah suasana.
Sean perlahan menegakan tubuhnya dan segera membenarkan kembali bajunya yang sempat melorot.
"Bentar," cegah Elang cepat dengan mata menelisik menatap perut bawah Sean.
"Lu di tato?" tanya Elang sambil menatap garang Sean yang diam membeku.
Jelas sekali di bawah perut dekat alat kelamin pemuda itu terlihat sebuah tato yang bergambar ular. Oh ayolah, Elang tak menyukai itu, lebih tepatnya siapa orang yang sudah berani mengukir tato itu. Oh shit, hanya membayangkan saja rasanya kepala Elang ingin pecah.
Sedangkan Sean hanya memalingkan wajah dan pandangannya ke arah lain, merasa dirinya tertangkap basah.
"Kapan?" tanya Elang datar.
"T-Tadi pulang sekolah."
Elang memejamkan matanya dengan mencengkram erat pinggang pemuda itu.
"Seannn, lu bener-bener yaa! Arghh, nakal banget sih," geram Elang tak tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confidential (END)
Teen Fiction⚠️ BL LOKAL Sean Wilson terlibat dalam insiden dengan seorang lelaki mabuk di tengah jalan. Namun, tanpa disadari ia meninggalkan barang berharga di tempat kejadian yang akan membawa perubahan besar dalam hidupnya. "Kita gak pacaran, tapi lu punya...