Chapter 18

23.5K 1.9K 39
                                    

Happy Reading🌻

Jari itu dengan cekatan menggosok pelan rambut basah sosok lelaki yang berada di depannya. Sean, pemuda itu kini tengah mengeringkan rambut Elang.

Tadi Elang tiba-tiba datang ke apartemennya dengan membawa dua plastik besar berisi makanan ringan, dan satu tas yang berisi pakaian lelaki itu sendiri.

Sean awalnya menolak lelaki itu untuk menginap di apartemennya lagi, tapi saat mendengar alasan Elang, dengan kebaikan hati Sean pun mengizinkannya.

Alasan Elang meminta menginap di apartemen Sean karena Farel yang mengganggunya.

Dan sekarang ini Elang baru saja selesai mandi. Dengan sifat manja yang kembali keluar dari dalam dirinya, hingga kini Sean yang sibuk mengurusi kemauan lelaki itu.

"Udah!"

Sean segera membereskan peralatan yang baru saja dia gunakan untuk mengeringkan rambut Elang.

"Lu tidurnya di kamar satu lagi. Bentar gue rapihin dulu," ucap Sean memberitahu, dan langsung mendapatkan gelengan kepala dari Elang.

"Gak mau."

"Terus lu mau tidur di mana, di sofa?"

"Gue tidurnya di kamar lu aja, bareng lu kayak kemarin," jelas Elang menekuk wajahnya.

"Gak ada! Gue gak bebas gerak kalo tidur sama lu," tolak Sean tanpa ragu.

Elang cemberut, menatap Sean penuh harap. "Tapi gue gak bisa tidur kalo gak sama lu."

Sean berdecak sebal. "Ck, kalo mau buat alasan tuh yang bener dikit napa."

"Beneran kok."

"Pokoknya lu tidur di kamar satu lagi!" kekeuh Sean yang masih mendapat gelengan kepala dari Elang.

"Gak mauuu," rengek lelaki itu sambil menjatuhkan tubuhnya di atas kasur milik Sean, dan segera menutup tubuhnya dengan selimut.

Sean menatap Elang tak percaya. Dia juga tidak mau jika harus tidur di kamar satu lagi, di sana cukup menyeramkan. Kamar itu hanya diisi oleh barang-barang yang belum sempat Sean bereskan.

Jika begini, Sean harus kembali mengalah. Dia mulai menaiki kasur dan merebahkan tubuhnya di samping Elang. Lelaki itu pun segera melilitkan tangannya di pinggang Sean.

"Yan," panggil Elang pelan.

Sean tak menjawab. Dia lebih memilih untuk memejamkan matanya, ketimbang melayani manusia seperti Elang.

"Sean."

"Yan."

"Yannn!"

Karena tak juga mendapat respon dari Sean, Elang pun mulai berulah. Dia mulai mengecup-ngecup pelan tengkuk pemuda manis itu.

"Elang!" geram Sean dan segera membuka matanya. Dia tak bisa tidur jika seperti ini terus.

"Bisa diem gak? Kalo lu mau tidur di sini ya tidur, jangan ganggu gue mulu!"

"Iya iya tidur," jawab Elang.

Dia menenggelamkan kepalanya di dada Sean, dengan tangan yang masih memeluk erat tubuh pemuda itu. Sebelum matanya benar-benar tertutup, matanya kembali terbuka lebar saat mengingat sesuatu.

"Yan, waktu di kafe, lu ketemuan sama siapa?" tanya Elang sambil mendongakkan kepalanya menatap wajah Sean.

"I-Itu klien. Gue ada urusan kerjaan."

Rupanya Sean masih belum bisa jujur pada Elang mengenai hubungannya dengan Satria.

"Klien?" tanya Elang menatap tak percaya pada Sean. "Kliennya cowok?"

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang