Chapter 50

19.8K 1.4K 79
                                    

Happy Reading🌻

"Kamu yakin dengan keputusan kamu?" tanya Jesslyn kembali meyakinkan apa yang akan Satria lakukan ini tidak salah dan tidak akan menjadi penyesalan di kemudian hari.

Satria, pria itu menganggukkan kepalanya mantap, seakan tekadnya sudah bulat ini.

"Iya Ma. Ucapan Elang kemarin udah cukup buat Satria sadar," jawab Satria.

Jesslyn menghela napas berat dan menganggukkan kepalanya, mencoba memahami keinginan Satria.

"Mama dukung semua keputusan kamu. Asal kamu bahagia," jawab Jesslyn sambil mengusap penuh sayang punggung putra sulungnya itu.

Satria kembali mengangguk pelan, memahami sang mama yang khawatir dengan keputusannya.

"Meskipun sekarang Satria gak bahagia dan belum nerima kenyataan, tapi gak tau kalo nanti. Satria akan coba buat lupain Iyan," ucap Satria.

Morgan yang sedari tadi hanya mendengarkan dan menyimak pun mengangguk paham dengan maksud ucapan putra sulungnya.

"Papa yakin kamu pasti bisa," timpal Morgan ikut bersuara.

"Tapi Mama masih gak tau hal apa sebenarnya yang udah Elang omongin ke kamu, sampai kamu milih buat ngelakuin hal ini?" tanya Jesslyn tak mengerti.

Satria terlihat menghentikan pergerakannya sesaat yang tengah memasukan pakaian miliknya ke dalam koper terakhir yang akan dia bawa. Sebenarnya malas sekali untuk dia menceritakan apa yang sudah Elang ucapkan waktu itu.

Semua yang Elang ucapkan mampu membuat Satria frustasi, sampai waktu tidurnya terganggu karena selalu saja terngiang-ngiang ucapan menohok dari sang adik. Elang pandai sekali membuat harga diri Satria sebagai lelaki tersentil.

Bisa-bisanya Elang mengucapkan kalimat pedas yang mampu membuat Satria diam, saat menyadari apa yang Elang ucapkan itu memang ada benarnya.

"Satria," ucap Jesslyn lagi menyadarkan lamunan Satria. "Elang bilang apa sama kamu?" tanyanya dengan lembut.

"Untuk kali ini Satria gak bisa kasih tau Mama," ucap Satria kekeuh pada pendiriannya.

Jesslyn menghembuskan napas pelan dan mengangguk paham. "Ya udah kalo gitu. Mama gak akan maksa kamu lagi."

"Mau berangkat jam berapa?" tanya Morgan kembali bersuara.

"Empat sore," jawab Satria.

"Ya udah Papa mau siap-siap dulu," ucap Morgan setelah melihat jam tangan mahal yang melingkar di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul 3 sore.

"Gak usah Pa. Kalian gak perlu anterin Satria ke bandara," tolak Satria cepat.

Kompak Jesslyn dan Morgan saling tatap satu sama lain, semakin aneh melihat tingkah Satria sejak kemarin.

Sedangkan Satria menggerutu pelan. Bisa kembali di permalukan dia oleh Elang, jika terus-menerus kedua orang tuanya ikut campur dalam urusannya.

"Satria bisa sendiri, udah besar juga, masa harus di anter-anter," ucap Satria kembali bersuara yang lagi-lagi membuat orang tuanya terdiam.

Sejak kapan Satria seperti ini. Bukankah setiap apa yang akan Satria lakukan selalu melibatkan Morgan dan Jesslyn, dan untuk hal sebesar ini mengapa dengan tiba-tiba Satria menolak untuk tidak melibatkan mereka.

"Ya udah terserah kamu aja," ucap Morgan meski terselip keraguan di dalamnya.

Jesslyn menghela napas pelan. koper yang sudah berisi barang-barang dan pakaian milik Satria sudah terlihat berjejer rapi.

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang