Chapter 09

25.4K 2.1K 83
                                    

Happy Reading🌻

Sudah puluhan kali Sean mencoba mengusir Elang dari apartemennya. Namun lelaki keras kepala yang menjabat sebagai majikannya itu nampak enggan untuk pergi.

Bahkan stok cemilannya sudah hampir habis karena lelaki tak tahu diri itu.

"Lang, pulang sana."

"Gue masih sakit," alasan Elang dengan suara yang dibuat selemah mungkin.

Posisinya saat ini, Sean sedang duduk di atas sofa dengan Elang yang menidurkan kepalanya di atas paha Sean.

Kini tangan Sean terulur untuk mengangkat kaos yang Elang kenakan.

"Gue mau liat."

Sedangkan Elang, dia membiarkan Sean dengan mata yang masih fokus menatap layar televisi.

"Gue olesin salep lagi, mau?" tanya Sean menawarkan setelah melihat punggung Elang yang masih terlihat memar.

Elang tidak menjawab dan segera merubah posisinya menjadi duduk. Sedangkan Sean dengan segera beranjak dan pergi ke kamarnya.

Tak butuh waktu lama untuk Sean kembali dengan membawa salep di tangannya.

"Jangan dibuka," cegah Sean saat Elang akan membuka kaosnya.

"Kenapa?"

"Diangkat aja," jawab Sean.

Dia tidak bisa lama-lama melihat tubuh bagian atas Elang yang terlalu menggoda menurutnya.

Dengan telaten Sean mengoleskan salep di luka Elang, sedangkan lelaki itu hanya duduk sambil menikmatinya.

"Yan," panggil Elang.

"Apaan?"

"Gue ngerasa disayangi," gumam Elang yang masih dapat Sean dengar. Pemuda itu nampak menghela napas pelan.

"Orang tua lu juga sayang sama lu, cuma mungkin dia ngedidik lu dengan cara yang beda," jelas Sean lembut.

Sebelum menurunkan kembali kaos yang Elang kenakan, Sean meniupi luka itu agar salep yang dia berikan cepat kering dan meresap.

Jam sudah menunjukan pukul 9 siang.

Sean niatnya akan mengunjungi perusahaan ayahnya yang ada di negara ini. Namun rupanya rencana itu gagal. Dia justru sibuk mengurusi Elang yang berubah menjadi bayi besar.

Dengan perlahan Sean beranjak dari duduknya, lalu pergi ke arah kamarnya meninggalkan Elang sendirian yang terlihat diam seolah tengah memikirkan sesuatu.

Sean maupun Elang, di antara keduanya belum ada yang mandi sedari bangun pagi tadi. Kalau Sean, dia memang seperti itu dari dulu.

Jika hari libur seperti ini, Sean sering menghabiskan waktu dengan menghibur dirinya sendiri. Baik itu berupa jalan-jalan ke mall, taman hiburan atau hanya dengan menonton drakor seharian.

Karena badannya terasa lengket, Sean pun beranjak masuk ke dalam kamar mandi guna membersihkan diri.

Cukup lama Sean berada di dalam kamar mandi, kini dirinya sudah terlihat lebih segar dari sebelumnya.

Setelah mengenakan kaos putih yang berukuran over size dengan dipadukan celana pendek andalannya. Sean keluar dari dalam kamarnya.

Dia menghembuskan napas berat saat melihat Elang yang masih betah duduk di sofa.

"Lu masih gak mau pulang?" tanya Sean sambil berjalan menghampiri Elang.

Elang sendiri mengalihkan fokusnya pada Sean, terlihat menelan ludahnya kasar saat melihat penampilan pemuda itu.

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang