Chapter 37

19.5K 1.8K 82
                                    

Happy Reading🌻

Sean tengah terbaring di atas ranjang di dalam kamarnya dengan menatap ke atas plafon sana, seorang diri. Tidak ada Elang di sini, karena saat ini Sean sedang berada di rumah keluarga Wilson.

Hembusan napas lelah Sean keluarkan dengan kini kedua bola matanya terpejam seiring dengan banyak pikiran berseliweran di benaknya.

Sean sedang memikirkan bagaimana caranya dia bisa segera lepas dari statusnya sebagai tunangan Satria. Juga bagaimana caranya agar semua masalahnya cepat selesai.

Tok... tok... tok...

"Iyan, Oma masuk ya!" ucap izin di luar kamar Sean, dan pintu mulai terbuka.

Plok!

"Kamu ini, cepet pake baju yang bener. Gak kedinginan apa?" Tepukan keras di lengan Sean mampu membuatnya terbangun dari tidurnya.

"Gerah tau Omaaa," rengek Sean sambil mengusap bekas tepukan di lengannya.

Oma Rima hanya mampu menghembuskan napas jengah menatap cucu satu-satunya itu.

"Oma mau ngomong sama kamu, tapi kamu Oma panggil-panggil dari tadi gak nyaut-nyaut. Sampe sakit tenggorokan Oma."

"Iya Oma maaf ya, mau ngomong apa?" tanya Sean dengan cepat.

"Ck, Oma mau makan bakso."

"Deliveー"

"Gak mau. Oma pengen kamu yang beliin. Sudah sana cepet, Oma dari tadi nunggu kamu pulang sekolah supaya bisa beliin Oma Bakso," cerocos Oma Rima mampu membuat Sean tersenyum lelah.

"Katanya mau ngomong."

"Iya nanti kalo Oma udah makan bakso," jawab wanita tua itu dengan santainya.

Sean menghela napas lelah. "Lagian Oma ke sini gak bilang-bilang dulu sama Iyan."

Dia segera bangun dari duduknya, lalu menyambar jaket kulit di dekat pintu.

"Pake baju yang bener!" perintah Oma dengan wajah sangarnya.

"Ck, Oma kayak gak pernah muda aja."

Sean bergegas melenggang pergi meninggalkan sang Oma yang tengah mendengus kesal.

"Apa hubungannya sama muda?"

***

Dua mangkuk bakso sudah masuk ke dalam perut seorang wanita tua yang kini tengah duduk di atas sofa, sambil tangan mengusap perutnya yang terasa penuh.

Sean menatap lelah pemandangan di depannya. Untung saja dia membeli lebih, jika tidak maka sekarang ini dia harus rela pergi membelikan sang Oma bakso lagi.

"Mumpung Opa kamu gak ada, makanya Oma puas-puasin makan bakso sekarang."

"Bodo amat, Iyan gak nanya."

"Siapa tau aja kamu kepo," jawab Oma mampu membuat Sean memutarkan bola matanya jengah.

"Katanya Oma mau ngomong sesuatu. Ayo sekarang aja!" pinta Sean memelas.

Oma Rima menghela napas. "Jadi gini, Oma sekarang kan udah makin tuー"

"Emang," potong Sean cepat. "Makin tua, makin bawel pula," lanjutnya lagi mampu membuat Oma Rima mendelik kesal.

"Iyan heran banget sama Opa. Kenapa gak poligami aja sih. Betah banget sama nenek rempong kayak Oma," sahut Sean sambil berdecak pelan.

"Heh, mulutmu!" Sebuah lemparan tisu bekas mendarat di wajah Sean.

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang