Chapter 60

16.5K 1.2K 40
                                    

Happy Reading🌻

Setelah kurang lebih satu minggu lamanya, kini semua siswa kelas 12 SMA Nusa Bangsa telah selesai mengadakan ujian kelulusan. Rangkaian demi rangkaian dan tahap demi tahap sudah terselesaikan dengan baik.

Seluruh siswa kelas 12 kini tengah mengadakan acara graduation. Acara tersebut di rayakan dengan cukup meriah yang di isi dengan berbagai macam acara yang menyenangkan, sekaligus menyedihkan.

"Eros Ardianold. Lu sahabat gue yang paling bangsat di antara kelima sahabat gue yang lain. Selamat Ros, akhirnya kita bisa ngerasain acara beginian."

Suara Gibran terdengar jelas di keenam pasang telinga yang tengah duduk dengan posisi melingkar.

Dengan wajah di buat sok sedihnya, Gibran menatap Eros yang berada di hadapannya, tak lupa pula dengan tepukan pelan di bahu Eros.

"Jangan panggil gue Ros juga lah bangsat. Lu kira gue kakaknya si botak!" kesal Eros dengan wajah sangarnya menatap Gibran.

"Lu nyangkanya gue gak bakal ngerasain acara beginian, gitu?" ketus Eros semakin menatap sengit sahabatnya itu.

Gibran berdecak kesal dengan mengusap punggung tangannya. Tepisan Eros tidak main-main.

"Yeeeeh, siapa tau aja kan. Kita kan siswa kesayangannya pak Gundul guru BK," jelas Gibran apa adanya dengan wajah bangga.

"Iya ya, gue jadi ragu kalian bisa lulus kayak kita." Kini Marvel yang berbicara, mulai ikut menghujat kedua temannya itu.

"Kalian pasti nyogok ya biar bisa lulus?" Kini suara menyebalkan Sean terdengar begitu santainya. Itu mampu membuat Eros dan Gibran mendelik kesal menatap Sean.

"Emang ya, istri si Elang kalo ngomong suka bener," sahut Kevin ikut menimpali.

Hal itu semakin membuat wajah Eros dan Gibran memerah padam. "Heh! kita gak sebodoh itu ya!"

"Kurang asem lu pada!" kesal Eros.

Elang, lelaki itu hanya mampu menghela napas berat menyaksikan semuanya.

"Kalian berisik!" jengah Elang dengan meminum minumannya.

Plak!

"Aku juga dong?" ngegas Sean dengan menggeplak bahu Elang yang berada di samping tubuhnya.

"Mampus!" kompak kelimanya dengan menertawakan nasib Elang selanjutnya.

Sedangkan Elang dengan gerakan cepat menggelengkan kepalanya. "Gak! Gak gitu Sayang," ucap cepat Elang dengan wajah memelas.

"Apa? Kalo berisik, pergi aja sana!" usir Sean dengan raut wajah kesal.

"Enggak kok. Tadi aku bilangnya ke mereka bukan ke kamu. Jangan marah-marah mulu napa. Kasian bayi aku nanti tertekan," ucap panjang Elang dengan mengusap pelan perut Sean.

"Udah Yan, hajar aja hajar!" kompor Kevin dengan begitu semangat.

"Iya, Yan. Si Elang kali-kali harus di kasih sentilan rohani tuh," sahut Gibran ikut mengompori.

"Setujuuuu!" kompak yang lainnya.

"Berisik lu pada," kesal Elang menatap sengit kelima temannya yang semakin menjadi mengompori Sean.

Seakan tak takut dengan tatapan sengit mata Elang, kelimanya semakin menjadi mengompori Sean untuk semakin membuat Elang frustasi.

"Tau ah malesin," ketus Sean dengan bangun dari duduknya lalu melangkah masuk ke dalam kerumunan.

"Heh! Awas nanti bini gue kegencet!" pekik Elang dengan segera berlari menghampiri tubuh mungil Sean yang berada di tengah kerumunan itu.

"Sayang, jangan cepat-cepet jalannya. Nanti bayinya kegencet!" panik Elang dengan mencoba meraih tubuh Sean.

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang