Chapter 10

30.1K 2.3K 110
                                    

Happy Reading🌻

Suara musik DJ saling bersahutan memenuhi tempat yang kini tengah dipenuhi oleh ratusan manusia yang tengah asik tertawa dan berjoget ria di bawah cahaya lampu disko.

Di sofa panjang sana terdapat Elang dan kelima temannya yang tengah menikmati minumannya masing-masing dengan kepulan asap rokok dimana-mana.

Banyak perempuan dan laki-laki yang berpenampilan seksi, mempertontonkan lekuk tubuh mereka yang menggoda.

Elang melayangkan tatapan membunuh pada setiap jalang mana pun yang berniat menggodanya. Berakhir membuat mereka menciut sebelum berhasil mendekatinya.

"Babi makin semok aja," goda Marvel, merayu perempuan yang duduk di sampingnya.

Sedangkan perempuan itu sendiri mengerucutkan bibirnya mendengar panggilan Marvel.

"Kok babi sih, beb?"

Gelak tawa mereka pecah terutama Eros yang menertawakan nasib Marvel.

"Baby sama babi emang beda tipis sih," ucap Eros sambil memegangi perutnya yang terasa menggelitik.

"Lu salah gombalin cewek brother," timpal Gibran sambil menepuk bahu Marvel.

Aksa, lelaki itu nampak tak tergoda dengan jalang di sana. Terbukti dengan dirinya yang kini hanya menikmati sebatang rokok sambil sesekali meneguk minumannya.

Sedangkan Elang, lelaki itu pun hanya menikmati suasana ramai ini. Matanya sesekali menatap sekitar dengan kepala yang bergerak menikmati alunan musik.

Namun, fokus tatapan matanya terhenti pada satu objek di depan sana.

Raut wajahnya seketika berubah datar dengan tangan mengepal kuat.

Elang segera beranjak dari duduknya meninggalkan teman-temannya yang tengah sibuk dengan urusan masing-masing.

Grep!

"Lu ngapain di sini, hah?!" bentak Elang pada pemuda yang berada di dalam rengkuhannya.

"Dugong?" Sean memiringkan kepalanya tak percaya. Dia menatap Elang dengan kesal. "Lepasin!"

"Lu ngapain di tempat kayak gini?" tanya Elang sekali lagi dengan penuh penekanan, menatap tajam bola mata biru itu.

"Ikut gue!" Elang membawa paksa tubuh mungil itu ke arah sofa panjang tadi.

Dia tidak terima saat melihat tubuh Sean dengan sengaja disenggol-senggol oleh lelaki lain.

Kurang ajar sekali.

Bruk!

Elang mendudukan tubuh mungil itu di atas sofa panjang. Semua teman-teman Elang sudah tak terlihat lagi, mungkin sudah sibuk pada kenikmatan masing-masing.

Sean mengerucutkan bibirnya menatap Elang kesal, dengan perlahan meletakan segelas minuman yang sedari tadi dia genggam.

"Kenapa sih? Lu muncul mulu perasaan!" Sean menekuk wajahnya kesal.

"Kenapa lu bilang?" sinis Elang tak habis pikir. "Lu yang kenapa! Lu mau ngapain pergi ke tempat kayak gini, pake baju gini lagi!" sentak Elang tanpa segan-segan menatap penampilan Sean.

"Ya kali clubbing pake kolor doang."

Terlihat Elang yang mengeratkan kepalan tangannya dengan menatap Sean semakin tajam.

"Hai cantik." Di tengah aura sedang panas-panasnya, tiba-tiba ada seorang laki-laki menyapa Sean.

"APA LU? PERGI!" sentak Elang sambil menatap tajam laki-laki itu.

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang