Chapter 53

13.3K 1.3K 85
                                    

Happy Reading🌻

Mobil mahal yang Elang kendarai, kini sudah berhasil memasuki pekarangan rumah keluarga Reymorgen.

Terlihat banyak kendaraan roda empat yang terparkir rapi dengan suara bising yang terdengar dari arah dalam rumah megah itu.

"Lagi ada acara?" tanya Sean dengan menatap sekeliling halaman rumah.

Elang mengangkat bahunya. Dirinya tidak tahu sedang ada acara apa di rumah orang tuanya saat ini. Tanpa pikir panjang, Elang langsung menggenggam tangan mungil Sean.

Lalu mereka melangkah masuk ke dalam rumah megah Reymorgen yang pintunya tak tertutup. Dan pemandangan pertama yang mereka lihat adalah banyak pasang manusia berada di dalam rumah tengah berpesta ria, terbukti dengan banyaknya hidangan makanan dan minuman yang tersaji.

Seketika semua pasang mata tertuju pada pasutri baru itu yang hanya berdiri di depan pintu, belum melanjutkan langkahnya.

"Loh, kamu Elang kan?"

Seorang wanita paru baya dengan penampilan sosialitanya mendekati Elang, berniat ingin mengusap bahu lelaki itu, tapi gagal saat Elang segera menjauh.

Wanita paru baya itu mengurungkan niatnya dengan mimik wajah yang masih mempertahankan senyumnya. Karena dia sadar banyak pasang mata yang melihat interaksinya saat ini.

Wanita bernama Sintia itu kini mengalihkan fokusnya pada sosok Sean yang berdiri di samping Elang, saat dirinya tak mendapat respon dari anak teman sosialitanya.

"Kamu siapa?" tanya Sintia dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Istri Elang," jawab singkat Sean dengan nada sopan, meski tak nyaman karena di tatap aneh oleh beberapa orang, terutama wanita yang bertanya kepadanya itu.

Sintia terlihat tertawa seakan ada yang lucu dengan perkataan Sean dan seakan ucapan Sean hanyalah bualan semata.

"Jangan mimpi kamu." Sintia tertawa pongah, dengan diikuti yang lainnya yang sedari tadi hanya diam menyaksikan.

Elang menatap tak suka pada mereka, terutama Sintia. Sedangkan Sean, pemuda itu merubah raut wajahnya menjadi datar dengan tatapan dinginnya mulai terpancar. Mimik wajah ramahnya seakan hilang dalam seperkian detik saat mendapat respon tak mengenakan.

"Elang itu masih sekolah. Dia bakal saya jodonin dengan anak saya," lanjut Sintia berucap bangga dengan tawa yang sudah mereda.

Sean menyunggingkan senyumnya dengan raut wajah datar. "Sepertinya yang sedang bermimpi itu anda."

Sintia bungkam dengan melotot tajam, karena manusia seperti Sean berani berucap demikian padanya.

Elang dan Sean saat ini sudah bisa menebak. Pasti mereka yang ada di ruangan ini tidak tahu akan fakta yang sebenarnya jika Elang memang sudah menikah.

Lebih tepatnya, Jesslyn dan Morgan tidak terlalu menunjukan atau mempublish akan keberadaan Elang sebagai anak keduanya, sehingga tidak banyak yang tahu.

"Ada apa ini, Jeng?" Suara Jesslyn tiba-tiba terdengar dengan melangkah mendekat ke arah dimana Elang dan Sean berada.

"Loh Elang, Iyan. Sejak kapan kalian di sini?" lanjut Jesslyn saat menyadari akan kehadiran putra bungsu dan menantunya itu.

"Niat Elang sama Sean ke sini mau jenguk Mama sama Papa, tapi kayaknya kalian lagi sibuk," jawab Elang menjelaskan.

Jesslyn tersenyum canggung. "Ah iya, Mama sama Papa emang lagi ngadain acara rutin bulanan. Gimana, ramai kan?"

Elang menghela napas berat. "Ya udah, kita ke kamar aja," ucap Elang kini beralih pada Sean.

"Sean di sini aja gabung sama Mama," ajak Jesslyn sambil tersenyum lebar. Dia berniat memperkenalkan menantu kesayangannya pada rekan kerja dan teman-teman sosialitanya.

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang