Chapter 15

22.1K 1.8K 36
                                    

Happy Reading🌻

Tubuh mungil Sean dengan paksa ditarik mengikuti langkah kaki besar Elang. Wajah Sean sudah pias takut jika lelaki itu akan marah padanya.

"Elang pelan-pelan," cicit Sean saat merasakan tangannya sakit karena Elang terlalu erat mencekalnya.

Tap!

Langkah kaki keduanya terhenti di depan pintu apartemen milik Sean.

"Jari lu!" kata Elang datar.

Sean mengacungkan jari tengahnya, mampu membuat Elang menggeram marah.

"SEAN!"

Sean menelan ludahnya. Dia segera mengeluarkan ibu jarinya, dan dengan cepat Elang membuka pintu apartemen menggunakan sidik jari Sean.

Saat pintu berhasil terbuka, dengan gerakan cepat pula Elang menarik Sean masuk ke dalam sana.

"Elーhemfh!" Detik itu pula bibir Sean sudah dibungkam oleh bibir Elang.

Sean mengerjapkan kedua bola matanya. Elang seperti orang kesetanan saat lelaki itu mencium bibirnya dengan rakus.

Sebelah tangan Elang menekan tengkuk Sean dan sebelah tangannya lagi menarik pinggang pemuda itu agar lebih dekat dengannya.

Kini kedua mata Sean sudah terpejam erat, dengan tangan yang dia kalungkan di leher Elang.

Elang mengulum bibir bawah Sean sambil sesekali menghisapnya dengan kuat. Hal itu mampu membuat Sean terbuai.

"Elang udah," cegah Sean.

Jari lentiknya terulur mengusap bibir basah Elang. Bibir itu terlihat semakin menggoda di matanya.

Cup!

Untuk kali ini Sean yang memulai. Dirinya melumat pelan bibir bawah Elang. Saat lelaki itu akan membalasnya, saat itu pula Sean melepaskan lumatannya.

"Nanti gue jelasin." Sean melangkah pergi memasuki kamarnya, meninggalkan Elang yang masih diam mematung.

"Shit," umpatnya.

***

Sean dengan perlahan membuka pintu kamar mandi. Dia dapat melihat di atas kasur sana, terdapat Elang yang tengah menatapnya dengan tatapan berbeda.

"Stop," cegah Sean spontan saat Elang bangun dari posisinya. Dia takut lelaki itu melakukan sesuatu karena dirinya saat ini masih menggunakan handuk yang melilit pinggangnya.

Elang menurut. Dia tak jadi menghampiri Sean. Hal itu langsung membuat Sean pergi ke arah walk in closet.

Beberapa menit kemudian, Sean sudah keluar dari dalam walk in closet dengan menggunakan hoodie hitam dipadukan dengan celana hotpant andalannya.

Tatapan Elang fokus pada Sean. Hal itu mampu membuat Sean salah tingkah.

"Sini!" titah Elang sambil merentangkan kedua tangannya, dan segera dituruti oleh Sean.

Tubuh mungil Seam sudah masuk ke dalam dekapan lelaki itu. Sean berharap dengan seperti ini Elang tak memperpanjang masalah tadi.

Elang mengubah posisinya menjadi duduk sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kasur, dengan tubuh Sean yang kini berada di atas pangkuannya.

Sean masih memeluk tubuh Elang, kepalanya dia letakan di ceruk leher lelaki itu. Elang tanpa sadar memejamkan saat mendapatkan perlakuan seperti ini dari Sean.

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang