Chapter 08

25.4K 2.2K 48
                                    

Happy Reading🌻

Suara bel dan ketukan pintu apartemen berbunyi dengan ritme yang sangat cepat. Sean mengernyitkan dahinya heran dan menoleh menatap jam yang sudah menunjukan pukul 11 malam.

Langkah kaki yang awalnya menuju dapur, kini berbelok mendekati pintu yang terus saja berbunyi.

Meskipun ragu, tapi Sean tetap membuka pintu tersebut.

Ceklek!

"Elang?" ucap Sean, menatap tak percaya pada sosok laki-laki di depannya itu.

Grep!

Tiba-tiba Elang memeluk tubuh mungilnya, sontak membuat Sean terkejut.

"Lang, lu berat."

Dengan susah payah Sean mencoba melapaskan pelukan itu, namun hasilnya nihil.

Karena tak enak jika kegaduhannya mengganggu penghuni apartemen lain, Sean dengan perlahan membawa tubuh Elang masuk ke dalam.

"Lang, lu mabuk lagi?" Sean menepuk pelan punggung Elang.

Sedangkan Elang, lelaki itu semakin memeluk tubuh Sean, dengan kepala berada di tekuk leher pemuda itu.

"Gue mau mati."

Sean mulai paham. Mungkin Elang tengah ada masalah dengan orang tuanya.

"Iya, nanti aja matinya. Sekarang lu lepasin gue dulu," pinta Sean sambil mencoba melepaskan pelukan itu.

"Elang." Kini suara yang dikeluarkan Sean melembut dengan usapan pelan di rambut lelaki itu.

"Heumh."

"Lepasin dulu ya?"

Dan bagaikan sebuah mantra sihir, Elang dengan sekejap mata menuruti ucapan Sean. Dia melepaskan pelukan itu.

Sean tersenyum tipis, lalu mengarahkan tubuh Elang untuk duduk di sofa.

"Tunggu di sini, jangan kemana-mana!"

Elang mengangguk patuh dengan menatap Sean dengan sayu.

Cup!

"Jangan lama-lama!" ucap Elang setelah tanpa sungkan mencium bibir Sean.

Sedangkan Sean sendiri malah menjilat bibir basahnya tanpa sadar.

"Lagi mabuk aja masih sempet-sempetnya modus," gerutu Sean tak habis pikir.

Dia dengan gerakan melangkah ke arah dapur untuk mengambil air putih dengan campuran perasan air lemon.

Dulu saat dirinya mabuk seperti Elang, dirinya suka meminum minuman seperti itu demi menghilangkan sedikit mual dan rasa pusing.

Namun saat dirinya kembali ke ruang tengah dimana tadi Elang berada, kini di sana sudah tidak ada siapa-siapa lagi.

"Elang?" panggil Sean mencari sosok lelaki itu. Tidak mungkin kan jika barusan dia hanya berhalusinasi.

Mata Sean tertuju pada pintu kamar miliknya yang sedikit terbuka. Tanpa menunggu waktu lama, dia melangkah memasuki kamarnya.

Dan ya, dia menemukan sosok Elang yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Ck, nih minum dulu!"

Sean membantu Elang duduk di atas kasur dan dengan segera menyerahkan minuman tadi.

Setelah Elang menghabiskan minumannya, Sean segera meletakan gelas kosong itu di atas nakas di samping tempat tidur.

Belum sempat Sean duduk dengan benar dan menanyakan kenapa Elang bisa seperti ini, lelaki itu sudah lebih dulu menarik tubuh Sean untuk masuk ke dalam dekapannya.

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang