Happy Reading🌻
Sepasang mata berkaca-kaca tengah menatap lekat foto dari layar ponselnya dengan senyum haru menghiasi bibirnya.
Kini dirinya sudah menjabat sebagai nenek dari cucu pertamanya. Tangannya bergerak mengusap pelan layar ponselnya yang menampilkan foto seorang bayi.
Jesslyn, wanita itu tiba-tiba meneteskan air matanya seiring dengan usapan di layar ponselnya. Dia merasa sudah menjadi ibu yang gagal untuk putra bungsunya, dimana seharusnya hari ini dia berada di samping putranya dan menantunya, tapi dia malah berada jauh dari jangkauan putranya yang mungkin sedang membutuhkan peran dirinya sebagai ibu.
Bukan keinginannya, tapi keadaan yang menuntut segalanya. Jesslyn tidak bisa menyaksikan moment bahagia kelahiran cucu pertamanya di karenakan dirinya tengah sibuk mengurusi perusahaannya yang berada di Swiss, yang tengah mengalami masalah.
Beberapa menit yang lalu dirinya dan juga suaminya baru saja selesai mengadakan meeting. Saking fokusnya mereka terhadap masalah pekerjaan, sampai tidak sadar ada banyak panggilan masuk dari Elang yang mungkin ingin memberitahukan mengenai moment bahagia sekaligus menegangkan itu.
Jika seperti ini, Jesslyn merasa malu pada Elang dan Sean yang seakan-akan dirinya tak memperdulikan mereka.
"Loh, kenapa nangis, Ma?" tanya tiba-tiba Morgan dengan segera duduk di samping Istrinya. Tangannya bergerak mengusap pelan bahu bergetar Jesslyn.
"Mama malu, Pa," lirih Jesslyn dengan mengusap kasar air matanya yang terus saja meluncur bebas di pipinya. "Mama gagal jadi ibu yang baik buat anak-anak kita. Terutama Elang," lanjut Jesslyn dengan isakan pelan.
Morgan langsung menggelengkan kepalanya tegas, tidak membenarkan ucapan istrinya itu.
"Gak, Sayang. Selama ini kamu sudah berhasil menjadi ibu yang baik untuk Satria dan Elang," ucap Morgan dengan tegas.
Hal itu langsung mendapat tatapan ragu dari Jesslyn. Dia tahu suaminya itu hanya ingin menenangkannya.
"Enggak, Pa. Kalo pun Mama berhasil, itu mungkin untuk Satria, tapi tidak dengan Elang. Mama gagal jadi ibu yang baik untuk Elang," Jelas Jesslyn mampu membuat Morgan terdiam.
"Contohnya hari ini. Mama gagal ngejalanin peran Mama buat Elang. Tadi satu jam yang lalu, Elang pasti butuh Mama buat ada di samping dia. Tapi apa? Mama malah gak ada di samping dia buat nemenin dia, nenangin dia."
"Elang pasti bingung, Pa. Dia harus ngapain buat ngehadapin situasi yang baru pertama kali dia alami."
"Mama gagal, Pa."
"Bahkan Mama gagal buat jadi mertua yang baik untuk Sean, dan gagal jadi nenek yang baik untuk cucu pertama kita."
Apa yang istrinya katakan tidak sepenuhnya salah, dan jika Jesslyn seperti itu, lalu bagaimana dengan dirinya selama ini. Apakah Morgan sudah berhasil menjadi orang tua yang baik untuk kedua putranya?
Apakah selama ini peran sebagai ayah sudah berhasil dia jalankan dengan baik, atau malah sebaliknya?
"Selama ini kita sudah berjuang untuk melakukan dan memberikan yang terbaik untuk mereka," ucap Morgan setelah beberapa menit terdiam.
Jesslyn menggeleng. "Gak, selama ini kita salah memperlakukan anak-anak kita, Pa," jelas Jesslyn dengan keadaan kini sudah lebih baik.
"Kita emang mau Satria dan Elang bisa ikutin jejak kita. Sampai kita lupa dan menutup telinga dengan keinginan dan cita-cita mereka. Kita gak mau dengerin dan nerima keputusan anak-anak kita, terutama Elang."
"Selama ini kita memperlakukan kedua putra kita berbeda jauh. Bagaimana kita memberlakukan Satria, itu jelas tidak sama dengan cara kita memperlakukan Elang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Confidential (END)
Teen Fiction⚠️ BL LOKAL Sean Wilson terlibat dalam insiden dengan seorang lelaki mabuk di tengah jalan. Namun, tanpa disadari ia meninggalkan barang berharga di tempat kejadian yang akan membawa perubahan besar dalam hidupnya. "Kita gak pacaran, tapi lu punya...