Chapter 30

23.2K 1.8K 33
                                    

Happy Reading🌻

"Gimana hubungan kamu sama Iyan?" tanya Jesslyn setelah menyesap teh hangatnya.

"Gitu-gitu aja," jawab Satria.

"Loh, kok gitu? Kamu harus lebih effort lagi dong. Inget selama ini kamu udah berjuang buat memantaskan kalo kamu itu cocok jadi bagian dari keluarga Wilson."

Apa yang Jesslyn ucapkan itu ada benarnya juga. Selama ini dia sudah berjuang untuk bisa menjadi laki-laki kriteria yang pantas untuk mendapatkan Sean sebagai anak tunggal dari keluarga Wilson.

"Satria gak akan nyerah. Satria pasti dapetin Iyan Ma," tekad Satria mampu membuat Jesslyn tersenyum senang.

"Nah, itu baru anak Mama."

Satria yakin dia pasti bisa mendapatkan Sean. Dia tidak akan menyerah begitu saja. Pokoknya dia harus bisa mendapatkan pemuda itu.

Tapi ada sedikit yang mengganjal di benak Satria, kenapa sampai sekarang ini Sean tidak menyukai dirinya, apa yang kurang darinya.

Apa Sean sudah memiliki pacar?

Mengingat Sean yang sekarang ini sangat manis, itu memungkinkan jika pemuda itu sudah memliki pacar, kan?

"Ma, bantu Satria buat bisa lebih deket lagi sama Iyan, kayak kemarin!" pinta Satria menatap lekat sang mama.

Jelas saja Jesslyn menganggukkan kepalanya tanpa berpikir panjang.

"Nanti Mama coba bantu."

***

Tring!

Sebuah suara notifikasi masuk di ponsel Elang, dan dengan berat hati Sean yang tengah asik memainkan ponsel lelaki itu pun harus terhenti.

Alasan kenapa akhir-akhir ini dia sering memainkan ponsel Elang itu karena Sean sedikit menghindari Satria dan juga Jesslyn dan Morgan yang selalu menghubunginya.

Sean menyodorkan ponsel Elang tanpa mengucapkan sesuatu, dan hal itu mampu membuat Elang mengerutkan dahinya tak mengerti.

"Kenapa? Udah maininnya?"

Sean menggeleng pelan. "Ada chat masuk, siapa tau penting," jawab Sean seadanya.

"Ck, keras kepala banget. Dibilang gak mau tetep aja maksa," gerutu Elang saat sudah membaca isi pesan itu.

"Pasti dari orang tua lu?" tebak Sean dengan jiwa keponya mencondongkan wajahnya berniat melihat isi pesan tersebut.

"Ck, gini amat ya hidup," decak Sean dan kembali duduk tegak di tempatnya semula.

"Gue harus gimana Yan?" gumam Elang dengan raut wajah muram. Kepalanya sudah di tenggelamkan di lipatan tangannya.

Sean diam, dia juga tidak tahu karena saat ini pula dirinya sama seperti Elang.

"Kabur yuk. Kita liburan biar gak pusing mikirin hidup," ajak Sean dengan diakhiri terkekeh geli mendengar ucapannya sendiri.

"Mending kawin lari sih," sahut Elang dan merubah posisi kepalanya menjadi menyamping menatap Sean.

Kompak keduanya malah tertawa kecil menertawakan nasib hidup mereka.

"Miris, apa-apa harus diatur orang tua," gumam Elang jengah.

Saat ini di kelas mereka sedang tidak ada guru, maka dari itu kelas berjalan cukup santai.

"Masih mending lu, masih ada orang tua. Lah gue? Yatim piatu," ucap Sean sambil tersenyum simpul. Perlahan dia juga ikut melipat kedua tangannya di atas meja.

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang