Chapter 26

21K 1.9K 42
                                    

Happy Reading🌻

Keenam remaja melangkah dengan sangat gagahnya di lorong koridor sekolah. Hal itu mengundang banyak pasang mata dan teriakan nyaring dari para gadis.

Di barisan paling depan, Elang melangkah dengan penuh percaya diri. Namun untuk kali ini ada yang beda dari lelaki itu, aura ketampanannya bertambah berkali-kali lipat dari sebelumnya.

Baju seragam yang terbuka lebar menampilkan kaos hitam yang lelaki itu gunakan, dan dasi yang seharusnya digunakan di bagian leher kini berganti tempat menjadi di bagian kepala, seolah dasi itu adalah bandana.

Sebenarnya Elang sengaja melakukan itu, bukan untuk tebar pesona, namun untuk membuat pria nakalnya alias sang babu mengurusi dirinya seperti biasa.

Kelima temannya pula tak kalah tampan. Aksa, lelaki itu masih dengan wajah datar namun terkesan cool. Marvel dan Gavin tengah tebar pesona kesana-kemari.

Sedangkan Gibran dan Eros terlihat saling merangkul satu sama lain sambil senyum semar mesem. Itu adalah pemandangan yang langka, karena biasanya dua manusia itu selalu saja berdebat dan jarang terlihat akur.

"ELANGGG!"

Elang mengumpat dalam hati saat dia mendengar teriakan yang tak asing di telinganya. Siapa lagi pelukannya jika bukan Farel.

Dengan langkah kaki lebar, Elang dengan segera mempercepat langkahnya demi menghindari manusia jadi-jadian itu.

Kelima temannya pun segera siap siaga untuk menghalangi Farel kalau-kalau jika pemuda itu memaksa untuk bertemu dengan Elang.

"Elang tungguin aku ih," rengek Farel ikut mempercepat langkahnya. Semua itu tak luput dari penglihatan murid SMA Nusa Bangsa.

Balik lagi pada Elang, kini lelaki itu sudah memasuki kelasnya disusul oleh kelima temannya yang lain.

"Elang ih, aku capek ngejar kamu dari tadi," rajuk Farel dengan wajah dibuat-buat, dan segera berjalan menghampiri Elang.

Elang sendiri menghembuskan napas kasar dan menatap tajam Farel yang masih saja mengganggunya.

"Ngapain sih lu ngejar-ngejar Elang terus?" tanya Kevin dengan menatap sinis Farel.

"Tau tuh, kayak gak laku aja," sahut Eros sambil mendorong pelan bahu Farel saat pemuda itu menghalangi jalannya.

"Ck, apaan sih kalian. Bisa gak, gak usah ganggu gue mulu?" Farel berdecak kesal.

"Dih." Kompak keempat teman Elang mendelik jijik menatap Farel.

"Gak salah lu?" ucap Gibran menyindir pemuda itu, karena justru Farel yang terus mengganggu Elang hingga mereka juga ikut terganggu.

Elang sendiri tengah menatap sekeliling untuk mencari keberadaan sosok pemuda yang pagi ini belum juga menampakan wujudnya.

"Elang, kok kamu diem aja sih? Liat dong mereka giniin aku mulu, kesel tau!" rengek Farel.

"Heh!" Sebuah sentakan dengan tarikan cukup kasar Farel dapatkan, dan pelakunya adalah Tamara, salah satu siswi yang juga cukup terkenal di SMA itu.

"Berisik anjir. Lu gak liat hah kita lagi ngapain?" sentak Tamara menatap tajam Farel.

"Dih, apaan sih lu?"

Dengan penuh paksaan Tamara menarik Farel agar keluar dari kelasnya, yang tengah belajar serius untuk ulangan harian.

Meskipun kelas itu tidak sebaik kelas yang lainnya, karena isinya para manusia mines ahlak, tapi jangan salah jika urusan belajar mereka jagonya.

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang