Chapter 41

22.8K 1.7K 72
                                    

Happy Reading🌻

Kedua tangan itu bergerak cepat melepaskan baju seragam seorang pemuda yang sedari tadi terlihat masih diam belum mengeluarkan suara.

Setelah baju yang sudah tidak layak di pakai itu terlepas dari tubuh mungil Sean, Elang dengan segera memakaikan baju seragam miliknya.

Sean sendiri hanya menurut dengan masih memikirkan kejadian tadi. Dia sama sekali tidak melakukan hal seperti yang Farel tuduhkan padanya.

Siapa sebenarnya yang sudah mengadukan hal itu? Apa Elang pelakunya? Jika memang benar, kenapa lelaki itu tidak memberitahu Sean terlebih dahulu.

"Udah jangan dipikirin," ucap pelan Elang dengan tangan bergerak merapikan rambut Sean yang terlihat berantakan.

"Pasti sakit ya ini?" tanya Elang sambil mengusap bekas jambakan Farel tadi.

Sean masih enggan untuk menjawab. Suasana hatinya sedang buruk hari ini, dan itu semua karena ulah Farel.

Jika boleh jujur Sean merasa sedikit takut pada Farel, karena bagaimana pun dia tahu betul bagaimana watak pemuda itu.

Tiba-tiba Sean bergidik ngeri saat selintas bayangan mengerikan beberapa tahun lalu kembali terbayang di otaknya.

"Kenapa diem aja," ucap Elang sedikit heran karena Sean masih belum juga mengeluarkan suara.

"Lu yang kirim video Farel ke orang tua lu sama orang tua dia?" tanya Sean pada akhirnya.

"Hmm, maaf gak bilang-bilang sama lu," jawab Elang mengakui.

Sean menghembuskan napas gusar dan turun dari atas brankar UKS.

"Lu pake baju itu doang?"

"Iya."

"Bolos aja yuk," saran Sean santai dan langsung diangguki oleh Elang.

"Gendong dong. Gue lemes abis war," ucap Sean dengan wajah memelasnya.

"Mau di depan atau belakang?"

"Depan aja biar bisa modus, hehe."

"Dengan senang hati," jawab Elang dan segera merentangkan tangannya, bersiap menerima tubuh Sean.

Grep!

Dan benar saja, Sean tanpa rasa malu atau canggung meloncat ke arah Elang

"Udah," ucap Sean sambil tersenyum senang menatap lelaki itu.

Kedua tangannya melilit leher Elang dengan kedua kaki juga melilit pinggang lelaki itu. Sedangkan Elang menahan tubuh Sean, takut jika pemuda itu teledor dan berakhir terjungkal.

"Kiss dulu!" Elang sedikit memanyunkan bibirnya, meminta Sean agar menciumnya.

Cup!

"Udah, ayok jalan!"

Elang pun tersenyum dan bergegas berjalan dengan tubuh mungil Sean berada di gendongannya. Dia melangkah ke arah parkiran sekolah, menuju motor yang tadi pagi dia bawa.

Untung saja sekarang ini tengah jam pelajaran, jadi tidak ada siswa maupun siswi yang melihat keduanya.

"Mau bolos kemana?" tanya Elang dengan memakaikan helm di kepala pemuda itu.

"Kemana aja," jawab Sean.

"Ke hotel mau?" tawar Elang.

"Boleh, sekalian kita nganu," balas Sean menanggapi lelucon lelaki itu, membuat Elang tersenyum lebar sambil tertawa pelan.

"Nganu nya di apart aja ya, biar gratis."

"Dih, gak modal banget lu."

"Yang penting kan sama-sama enak."

Confidential (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang