Rambut pirang dan mata biru yang tenang. Wajah yang anggun dan penuh ketenangan. Madeline menarik wajahnya dari tangan Arlington, seolah menjauh dari dinginnya. Arlington memiringkan kepalanya, tampak bingung.
"Ini pemeriksaan. Tolong rileks."
"i.., itu..."
"Oh, maaf karena belum memperkenalkan diri sebelumnya. Nama saya Dr. Cornel Arlington. Saya spesialis di bidang psikologi."
Dia melirik sekilas ke arah Isabel.
"Madeline, dia akan bekerja denganmu mulai sekarang. Dr. Arlington. Madeline sepertinya tidak baik hari ini."
"Ya... Halo..."
Suara Madeline terdengar seperti sedang berada di ambang kematian. Nasib seolah mengejek dan menyiksanya. Seperti dia disuguhi kendi penuh dengan kebencian yang hidup.
Telapak tangannya berkeringat.
"Untuk saat ini, kamu sebaiknya beristirahat dan meluangkan waktu untuk rileks. Aku akan meresepkan penurun demam."
Arlington bergumam sambil melihat Madeline. Tak ada tanda keraguan atau emosi padanya. Dia tetap tenang, seperti seorang ahli serangga yang mengamati spesimen dengan pinset.
"Ya. Dokter. Pertama-tama, biarkan aku mengenalkanmu pada rumah sakit ini."
Isabel mengedipkan mata pada Madeline.
"Beristirahatlah dengan baik." Dia menggerakkan bibirnya tanpa suara. Entah dia mengatakannya atau tidak, batin Madeline sedang dalam keadaan panik.
Dia akhirnya melihat wajah orang yang paling tidak ingin dia lihat. Apakah masa lalu terulang kembali dengan cara seperti ini? Sekali sebagai tragedi, dan sekarang sebagai komedi tragis yang lebih menyakitkan dari sebelumnya.
Sakit kepala kembali muncul.
* * *
Madeline berdebat dengan Arlington. Awalnya dengan tenang, kemudian sampai meninggikan suaranya. Arlington dengan tenang membantah setiap argumennya, mengutip teori-teori terbaru. Untungnya atau tidak, Sang Earl mulai pulih, dan Madeline tak bisa tidak menyadari bahwa kekhawatirannya agak konyol.
Kemudian Arlington secara halus memberinya sebuah buku.
"Ini buku yang akan membantumu memahami kondisi Sang Earl."
"Horizons of Neuro-psychology."
"...."
"Madam berhak untuk tahu."
"Tidak apa-apa. Aku tidak pernah kuliah, dan aku hampir tidak tahu apa-apa."