Bab 28: Bisakah Kamu Memberiku Kesempatan?

14 2 0
                                    

Madeline tidak tahu apa yang harus dia katakan ketika dia bertemu Ian Nottingham lagi. Canggung? Aneh? Sedih, atau mungkin bahagia? Dia tidak bisa membedakan emosinya.

Dia melihat dirinya sendiri di cermin. Dia tampak lebih kurus dari sebelumnya, dengan aura muram. Aura keseluruhan wajahnya tampak berbeda dari kehidupan sebelumnya, membuat dirinya merasa asing.

Madeline mengikat rambutnya dengan erat seperti biasa. Tangannya bergetar, menyebabkan jepit rambut jatuh beberapa kali. Dia tidak suka sedikit getaran di ujung jarinya.

Setelah persiapan yang lebih lama dari biasanya, dia meninggalkan kamar. Mengenakan seragam perawat putih yang rapi, dia berencana memulai rutinitas hariannya setelah memeriksa para pasien. Saat itulah para staf rumah tangga dan pegawai rumah sakit mulai keluar bersama.

Sebastian, kepala pelayan, mendekati Madeline saat dia berkeliling di bangsal. Dia berjuang menemukan kata-kata yang tepat, meraba-raba dengan tangannya.

"Nona, saya... itu..."

"Aku juga khawatir."

Wajah Sebastian memerah saat melihat ekspresi tenang Madeline. Dia berdeham.

"Tuan akan kembali."

"Sebaiknya aku turun, bukan?"

"Aku... yah..."

Madeline memperhatikan ekspresi pria itu. Wajah layu, ujung jari bergetar.

"Aku takut. Aku juga takut."

"Nona."

"Tapi yang paling menakutkan adalah dia."

Sebastian mengangguk. Seorang pria yang telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk sang Earl tampak terguncang. Madeline berbisik kepadanya, memberikan senyum yang menenangkan.

"Ayo kita sambut dia bersama."

* * *

Semua orang, mulai dari staf rumah tangga dan pegawai rumah sakit hingga para tamu, menunggu kembalinya sang Earl. Dalam keheningan yang memenuhi udara, sebuah mobil segera muncul. Isabel, yang berada di samping Madeline, menahan napas. Kepalan tangan Eric bergetar. Mobil itu mendekat dan berhenti.

Sopir, seorang prajurit, keluar dan memberi hormat saat berjalan ke arah mereka. Dia membuka pintu belakang, memperlihatkan sosok gelap. Jelas terlihat bahwa pria itu mengenakan seragam militer.

Saat sosok itu tiba-tiba jatuh, sopir itu buru-buru menahannya. Ketika Eric mencoba berlari ke arah mereka, Isabel mengangkat satu tangan untuk menghentikannya. Suasana membeku, dan semua orang menahan napas.

Setelah beberapa saat, pintu tertutup, memperlihatkan Ian Nottingham. Pria itu, mengenakan seragam perwira militer, kehilangan satu kakinya. Punggung Madeline merinding. Satu sisi wajahnya dihiasi bekas luka bakar, dan wajahnya sangat pucat. Tubuhnya yang besar menyerupai tiang tinggi, memancarkan suasana yang menakutkan.

Dia berdiri di sana. Madeline, keluarga, staf, dan lainnya tetap diam. Kedatangan yang telah lama ditunggu-tunggu. Namun, suasananya menyiratkan bahwa orang ini adalah seseorang yang sama sekali berbeda. Keheningan yang mencekam.

Ian berjalan tertatih-tatih ke arah mereka, melepaskan diri dari sopir yang mencoba menahannya. Isabel dan Eric berlari keluar, saling berpelukan. Reuni yang penuh emosi dan air mata itu berakhir. Ian berjalan menuju yang lain, menyapa Sebastian, membungkuk kepada Charles dan staf lainnya.

Kemudian, dia melihat ke arah Madeline. Wajah pria itu mengeras. Dahinya berkerut tanpa ampun, dan ekspresi paling menyedihkan menghiasi wajahnya.

"Sudah lama, Ian."

Salvation EquationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang