Vote sebelum baca 🌟
Di tengah lebatnya hujan, seorang perempuan duduk seorang diri di sebuah halte.
Kakinya berayun pelan. Bergerak seirama rintikan hujan yang berjatuhan. Tak terbesit kekesalan sedikitpun di wajahnya meski sempat diguyur hujan.
Di dalam dekapannya terdapat map merah. Dimana di dalamnya memuat berkas-berkas skripsi yang telah dikerjakannya selama satu semester. Berusaha melindungi map-nya dari percikan hujan.
Iris hazelnya sesekali mencuri pandang ke para pejalan kaki yang lewat di depannya. Menyaksikan beberapa pasangan saling berbagi payung. Senyum dan tawa menghiasi bibir mereka, seolah sangat menikmati keadaaan. Tanpa peduli dengan hujan yang mengguyur tanpa aba-aba.
Senyuman kecil terbit di bibir Alana. Moment manis itu memberikannya sedikit kebahagiaan di tengah lelahnya kehidupan sebagai mahasiswa tingkat akhir.
Ia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dengan mata terpejam.
Membiarkan dirinya tenggelam dalam suasana damai nan menenangkan.
Mendengarkan irama tetesan air hujan, seolah membentuk alunan melodi.
Aroma tanah basah tercium samar, menenangkan jiwanya.
Merasakan seseorang muncul di dekatnya, mata Alana sontak terbuka.
Aroma parfum yang familiar membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dibanding biasanya.
Tanpa melihat ke samping pun, firasatnya mengatakan bahwa sosok di sampingnya adalah orang itu. Orang yang telah mengganggu dan menjajah pikirannya selama tiga tahun belakangan ini. Menghantuinya siang dan malam. Membayangi kehidupannya tanpa ampun.
Pelan namun pasti, Alana menoleh ke samping. Menatap sosok di sampingnya. Guna memastikan feelingnya.
"Hai!"
Kalimat sapaan sederhana dari pria bernama Matthew itu membuat Alana salah tingkah dan tersenyum kaku. Mulutnya terasa berat untuk bersuara.
"Udah lama ya kita gak mengobrol. Lo masih ingat gue, 'kan?"
Alana memainkan ujung jarinya pelan. "Masih," sahutnya singkat.
"Siapa hayooo?"
Suara bernada menggoda itu membuat Alana kembali menatap pria yang masih tersenyum ramah seperti dulu.
Entah kenapa, jarak yang tercipta selama ini seolah tak berarti. Alana merasa seakan hubungan mereka sedekat dulu lagi. Alana merasa Matthew masih tetap sama seperti dulu.
Alana berdehem pelan sebelum menjawab dengan ekspresi jenaka. "Kalau gak salah, Matthew 'kan?"
"Salah!!" Pria itu menunjukkan ekspresi sok kecewa. "Jahat banget lupain gue."
"Lalu, siapa dong?" balas Alana pura-pura bingung.
Matthew mencondongkan tubuhnya sembari tersenyum. Jari telunjuknya mengangkat dagu Alana perlahan. Mata indahnya tak pernah lepas dari wajah cantik Alana. "Pacar Lo."
"Jangan lupa lagi ya, cantik." Imbuhnya sembari mencubit gemas pipi Alana yang tercengang mendengar perkataannya
-oOo-
7 Oktober 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER
Teen FictionKehidupan tenang Alana perlahan terganggu oleh kehadiran seorang stalker. Membayangi kehidupannya siang dan malam. Menjajah mimpi-mimpinya. Menanamkan keresahan di setiap langkahnya. Siapakah pria yang menjadi stalkernya? Apa alasan pria itu mengang...