Vote sebelum baca 🌟
Suasana di dalam perpustakaan sangat tenang. Hanya terlihat beberapa pengunjung di perpustakaan yang besar itu. Semua orang tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing tanpa menciptakan kebisingan. Tenggelam dalam dunia mereka sendiri.
Alana termasuk ke dalam sebagian kecil pengunjung perpustakaan siang kala itu. Sibuk mencari referensi tambahan untuk skripsinya. Skripsi yang belum kunjung selesai.
Kata siapa lulus kuliah tepat waktu itu mudah?
Nyatanya, Alana potang panting mengerjakan skripsi. Berlumuran darah dan air mata. Mengorbankan banyak tenaga dan uang.
Bukannya Alana malas bimbingan, tetapi di dosen pembimbingnya lah masalah berada.
Bukan. Bukannya Alana dipersulit seperti cerita mahasiswa lain. Hanya saja, Alana kekurangan waktu.
Dospemnya terlalu sibuk karena memiliki jabatan sebagai sekretaris prodi. Sering terbang ke luar kota, mengikuti rapat, mengikuti acara di luar kampus, dan masih banyak lagi. Belum lagi dospemnya juga memiliki bisnis di luar kegiatan kampus.
Dalam sebulan, Alana pernah gagal bimbingan karena dospemnya selalu ada acara penting mendadak.
Tidak ada lagi yang bisa dilakukan Alana selain berpasrah diri. Sungguh, Alana iri melihat mahasiswa lain mendapatkan dosen yang mudah ditemui. Sementara dirinya, susah menemui dosen atau memang bukan dirinya yang prioritas dalam jadwal dosen.
Jadi, serajin dan seefort apapun Alana membuat skripsi, jika dospemnya tidak bisa ditemui, apa gunanya?!
Itu sama saja seperti api tanpa bahan bakar.
"Huh!"
Tanpa sadar, Alana mengembuskan napas berat. Menarik perhatian gadis berhijab hitam di sampingnya. "Kenapa?"
"Capek," jawab Alana asal, enggan memberi tahu alasan sebenarnya.
"Mau pulang sekarang?" Tawar gadis bernama Nasya. Sahabat Alana sejak semester empat.
Berawal dari tidak sengaja ditempatkan di SD yang sama saat mengikuti program kampus mengajar. Berkenalan hingga akrab sampai detik ini. Diiringi kebetulan mendapat penempatan di universitas yang sama saat mengikuti program pertukaran mahasiswa.
Mereka juga sering berada di kelas yang sama, membuat persahabatan kian erat. Mereka bahkan mendapatkan dospem yang sama.
Perbedaan tidak menjadi penghalang bagi mereka. Keduanya saling menghormati tanpa mengusik kepercayaan masing-masing. Keduanya saling mengingatkan. Sama-sama menyemangati dalam mengerjakan skripsi.
"Iya. Pulang aja yuk," putus Alana menyerah.
Keduanya membereskan barang bawaan masing-masing. Kemudian, merapikan kursi yang mereka duduki sebelum pergi. Keluar dari perpustakaan, tempat paling ternyaman di kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER
Fiksi RemajaKehidupan tenang Alana perlahan terganggu oleh kehadiran seorang stalker. Membayangi kehidupannya siang dan malam. Menjajah mimpi-mimpinya. Menanamkan keresahan di setiap langkahnya. Siapakah pria yang menjadi stalkernya? Apa alasan pria itu mengang...