Vote sebelum baca 🌟
Alana terbangun dari tidur panjangnya. Sekujur tubuhnya terasa lelah bukan main. Iris hazelnya melirik jam yang terpajang di dinding.
Matanya membola kaget melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ternyata ia tidur sangat lama. Niat awal hanya tidur satu jam, malah kebablasan tidur empat jam.
Sepertinya, bertemu dospem dan Matthew menguras banyak tenaga Alana. Ia bahkan masih merasa lelah setelah beristirahat selama empat jam. Lebih tepatnya, lelah secara mental.
Gadis itu membenamkan wajah di bantal. Berpasrah diri. Membiarkan tubuh lelahnya tenggelam di kasur nan empuk.
"Lana." Suara hangat yang memanggilnya di ambang pintu membuat Alana mengangkat kepala, menatap asal suara.
"Arghhh!" Mama menjerit kaget melihat penampilan Alana yang seperti Miss kunti. Memakai baju putih panjang, rambut panjang menutupi wajah, dan pose mengerikan.
"Kenapa, ma? Kok teriak?"
Pertanyaan polos Alana membuat mama berdecak pelan. "Gimana mama gak teriak kalau kamu berpose kek hantu gitu?"
Alana tertawa kencang mendengar alasan mama menjerit histeris. Jarang-jarang Alana melihat mama ketakutan. Sungguh pemandangan yang sangat langka.
"Oh iya, mama sama papa mau keluar. Gapapa kan kamu tinggal sendirian di rumah?"
"Iya, ma. Gapapa."
"Mama sudah siapin makan malam kamu. Kalau lapar, ambil aja di dapur. Terus, kalau pengen cemilan, mama juga udah siapin di kulkas. Jangan keluar dari rumah ya. Soalnya mama takut kamu kenapa-napa. Belakangan ini, banyak banget berita anak perempuan hilang ataupun diperkosa. Mama gak mau kamu jadi salah satu korbannya."
"Iya, mama sayang. Lana gak akan keluar kok," sahut Alana gemas melihat kecerewetan mama.
"Kamu juga jangan buka pintu rumah pas kami pergi. Kalau ada tamu, pura-pura tidur aja, oke?"
"Oke, ma."
Mama kembali menutup pintu kamar Alana setelah berpamitan. Sementara Alana memutuskan untuk mengecek ponselnya. Melihat nama Nasya muncul di notifikasi pesan, ia langsung membukanya.
Nasya: Na, sibuk gak?
Alana: gak. Knp?
Nasya: keluar yok. Nyari makan malam. Gue kelaparan banget. Di kos ada apapun, bahan makanan gue habis :(
Alana: tumben gak ngajak teman kos Lo?
Nasya: Teman kos gue udah pada pulkam. Sekarang, gue sendirian di kos.
Alana berpikir sejenak. Di satu sisi mama melarang keluar sedangkan di sisi lain, kasihan sahabatnya.
Selain itu, jarak rumahnya dan kos Nasya lumayan dekat. Hanya membutuhkan waktu 15 menit jika mengendari motor.
Nasya: temenin gue beb. Gue takut keluar sendirian. Gimana kalau gue diculik? Lo gak takut kehilangan gue?😔
Alana: oke, oke. Gue temenin. Bentar lagi gue jemput.
Nasya: eitss! Gak usah jemput gue. Biar gue yang ke sana. Tunggu aja gue di rumah Lo.
****
Niat awal hanya cari makan malam, tapi akhirnya Alana dan Nasya malah berakhir nyasar di toko buku. Keduanya berpencar. Mencari buku incaran masing-masing.
Alana yang terlampau fokus melihat novel, tak menyadari Matthew berada di dekatnya dan berjalan menghampirinya.
Di saat Alana hendak mengambil salah satu novel, Matthew lebih dulu mengambil novel tersebut.
Alana sontak berbalik, menatap orang yang merampas novel incarannya. Namun, mulutnya tertutup seketika melihat Matthew lah si pelaku.
Matthew memberikan novel yang diambilnya ke Alana. "Nih."
Alana menerima novel tersebut dengan raut wajah penasaran. "Kok Lo di sini juga?" Tak bisa menahan rasa penasarannya melihat kemunculan mendadak Matthew.
"Nyari buku."
"Lah, buat apa? Bukannya skripsi Lo udah selesai?"
Raut wajah heran Alana membuat Matthew mengacak rambut Alana gemas. "Beli buku bukan cuma buat skripsi doang, 'kan?"
"Ihh, jangan acak rambut gue. Susah tau rapiinnya."
Matthew mengulum senyum sembari memperbaiki tatanan rambut Alana. "Mudah gini, kok dibilang susah?"
Alana manggut-manggut pelan. Lantas, melanjutkan niat awal, yaitu mencari novel lain. Meskipun tidak tahu kapan akan dibaca, yang penting Alana ingin membeli beberapa novel untuk dipajang di kamarnya, menambah koleksinya.
"Btw, sendirian aja, Na?" tanya Matthew sok tidak tahu, padahal aslinya sudah tahu Alana datang bersama Nasya karena ia sudah mengikuti Alana sejak gadis itu keluar dari rumah. Menjaga Alana dari jarak jauh. Memperhatikan setiap detail tentang Alana-nya.
"Enggak. Gue datang bareng Nasya."
"Ohh. Kirain sendirian. Soalnya dulu kan Lo sering keluar sendiri."
"Gak dong. Sekarang gue lebih sering keluar berdua bareng Nasya daripada keluar sendirian."
"Keluar sama gue-nya kapan? Masa keberadaan gue tergeser sama Nasya?" Canda Matthew.
"Kapan-kapan aja," sahut Alana asal.
Matthew menghela napas sok lesu. "Gue kangen banget padahal. Pengen keluar berdua sama Lo lagi."
Alana berpura-pura tidak mendengar. Memilih menyibukkan diri membaca sinopsis novel.
Matthew turut mengedarkan pandangannya ke sekitar. Mencari judul novel yang sekiranya cocok dengan kondisinya. Kemudian, mengambil dua novel yang cukup tebal, lalu menyodorkannya ke Alana.
"Apa ini?" tanya Alana bingung.
"Coba baca judulnya."
Kening Alana mengernyit. Menatap judul novel yang dipegang Matthew. Kemudian, membacanya. "I love you."
"I love you too."
Alana mendongak, menatap Matthew yang cengengesan.
"Satu lagi, coba baca."
Dengan polosnya, Alana kembali menuruti ucapan Matthew. "Ayo, Pacaran?"
Matthew tersenyum sumringah dan menjawab penuh semangat. "Ayo!!"
Sedetik kemudian, Alana pun tersadar bahwa Matthew sedang mempermainkannya.
Namun, bukannya marah, Alana justru tertawa manis. Tawa yang menular ke Matthew. Tawa yang menunjukkan bahwa mereka sangat bahagia.
Sementara itu, Nasya yang tak sengaja melihat interaksi keduanya hanya bisa menggelengkan kepala heran. Melangkah menjauh, membiarkan keduanya tenggelam di dalam moment membahagiakan tersebut. Berharap keduanya bisa terus tertawa bahagia. Berharap keduanya bisa bersama, merajut kisah yang sempat tertunda di masa lalu.
-oOo-
17/10/24
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER
Teen FictionKehidupan tenang Alana perlahan terganggu oleh kehadiran seorang stalker. Membayangi kehidupannya siang dan malam. Menjajah mimpi-mimpinya. Menanamkan keresahan di setiap langkahnya. Siapakah pria yang menjadi stalkernya? Apa alasan pria itu mengang...