Sinar matahari pagi masuk, melalui jendela kamar rumah sakit yang gorden nya memang sengaja di buka lebar.Pagi ini, senyum di wajah Salsa jauh lebih lebar dan terlihat sangat bahagia. Seperti yang sudah kita ketahui, Lian telah sadar dari tidur panjangnya. Kondisinya kini sudah jauh lebih baik, meskipun tetap harus di rawat untuk satu atau dua hari kedepan.
Salsa tidak pernah melunturkan senyumnya sedari tadi. Sekarang ketakutannya tentang Lian seolah sirna saat mengetahui suaminya telah siuman. Dan bayi yang ada di gendongan Nabilla itu, terlihat tenang karena ASI yang sudah Salsa siapkan di dalam botol.
Sama halnya seperti Salsa, Lian juga tidak pernah melunturkan senyum manis di bibirnya. Kondisi perasaan hatinya sudah benar-benar baik, hatinya merasa lega, dan jauh lebih bahagia. Walaupun ia belum bisa memastikan hubungan antara ibu nya dan istrinya jika bertemu nanti.
Salsa menaruh mangkuk yang isi nya telah habis Lian makan. Salsa baru saja selesai menyuapi Lian sarapan, sambil terus memandang bayi nya yang tenang dalam gendongan Nabilla.
"Sekarang minum obat ya mas" Salsa memberikan 3 butir pil pahit itu pada Lian.
Dengan sigap Lian menyambut dan meminum obat itu. "Makasih ya sayang"
Lian semangat meminum obat itu, karena ia harus segera sembuh agar bisa kembali beraktivitas, bermain bersama anaknya dan yang paling penting ia bisa kembali memberikan kebahagiaan untuk istri dan anaknya.
Tok tok tok
Terdengar suara pintu kamar rawat itu diketuk, hingga semua mata menatap ke arah pintu. Tanpa ada yang membuka pintu itu, pintu itu dibuka sendiri dari luar.
"Assalamualaikum..." salam Nando terdengar lembut.
Pria itu datang ke rumah sakit ini tidak sendirian. Melainkan ia datang bersama Yati dan susternya. Niat hati pria itu tadi hanya mencari sarapan untuknya bersama Nabilla di kantin rumah sakit. Tapi saat ia sudah di lorong menuju kamar rawat Lian, ia malah menemui Yati yang juga ingin datang menjenguk sang anak. Jadilah, kini mereka masuk kamar inap itu secara bersamaan.
"Waalaikumsalam..." jawab Salsa dan Nabilla. Sedangkan Lian menjawab salam itu hanya di dalam hati. Perasaan nya kini mulai tidak tenang karena kedua perempuan ini kembali bertemu tanpa ia ketahui bahwa Salsa dan Yati telah bertemu lebih dulu dan sudah berbaikan.
"Sini bun, mas Lian udah sadar" ucap Salsa ramah pada Yati.
Lian yang melihat itu tentu bingung, tapi fokusnya teralihkan pada sang ibu yang kini sudah menangis melihatnya. Yati menangis haru, karena anaknya telah siuman.
"Abwang..." (Abang...) panggil Yati menatap Lian haru.
Lian langsung merentangkan kedua tangannya pada Yati, ia memberikan pelukan hangatnya pada sang ibu. "Ini abang bun"
"Jwangan inggalim undwaa" (Jangan tinggalin bunda) ucap Yati dalam pelukan itu sambil menangis.
"Maafin abang kemarin udah bikin bunda takut yaa. Sekarang abang disini, abang gak akan ninggalin bunda" ucap Lian menenangkan.
Yati melepas pelukan hangat itu, lalu ia menatap mata anaknya. Ia sentuh wajah anaknya dengan tangan nya yang masih kaku. "Undwa ywakut abwang pwergi, jwangan aya kmwawen agi yaa" (Bunda takut abang pergi, jangan kaya kemarin lagi yaa) ucapnya.
Lian mengangguk dengan senyum di bibirnya, "Bunda sekarang gak usah takut yaa, abang janji gak akan ninggalin bunda" ucapnya.
Yati kembali menarik tubuh anaknya untuk ia peluk lagi. Ia tumpahkan seluruh air matanya dalam pelukan itu. Kehilangan seorang anak, bukan lah hal mudah untuk dilalui. Yati, mungkin akan benar-benar hancur jika Lian benar akan memilih pergi meninggalkannya kemarin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry For Your Grudge
General FictionBuat kalian yang baca cerita ini, mohon untuk memperhatikan part nya ya. Karena no part di cerita ini tidak berurutan. Jadi di mohon untuk teliti di setiap next part, trims 💙. ### Terpaksa menikah untuk menebus semua kesalahan dimasa lalu yang bahk...