Prologue

187K 9.6K 125
                                    

Auryn mendesah sambil menjejalkan tangannya kedalam jaket tebal yang membungkus dirinya. Ia memperhatikan uap-uap putih yang keluar dari bibirnya saat ia menghela nafas tadi.

Meskipun udara tidak terlalu dingin, tapi bagi Auryn yang memang tubuhnya tidak kebal dengan udara dingin seperti ini setiap tahun di kota kelahirannya, udara ini cukup membuat Auryn menggigil.

Auryn menggeram dan kembali meraih ponselnya, menghubungi laki-laki menyebalkan itu yang sudah membuatnya menunggu 15 menit ditengah hawa dingin kota Los Angeles.

"Marvel, kamu mau buat aku mati kedinginan?!" Gerutu Auryn kepada kakak kembar tertuanya, Alceo Marvello Tyler.

"Auryn sayang, maaf ya, Mobilku mogok. Aku sedang menunggu mobil derek untuk mengambil mobilku, dan menunggu Austin menjemputku." Sahut kakaknya diseberang sana.

Kerutan di dahi Auryn tercipta, "kalau Austin jemput kamu, aku dijemput siapa? Marvel, aku udah mau beku disini!!" Auryn kesal mengingat kembaran tertuanya lebih memilih meminta kembaran kedua mereka, Austin Marvello Tyler untuk menjemput dirinya dibanding Auryn yang jelas-jelas kedua saudaranya itu sudah tahu, sangat anti dengan cuaca dingin.

Sejak kecil, Auryn sudah terbiasa memanggil kakak-kakak kembarnya dengan panggilan nama. Meskipun nenek dan Kakeknya kerap mengajarkan mereka untuk memanggil yang tertua dengan panggilan 'kakak', tapi bagi Alceo, Austin, dan Auryn, panggilan itu terasa aneh dilidah mereka.

Maklum saja, mereka bertiga terlahir dan dibesarkan dalam keluarga barat yang keseharian memang bicara bahasa inggris. Meskipun ibu mereka memiliki darah Indonesia dan mampu berbahasa Indonesia, memaki dalam bahasa Indonesia, mengutuk dalam bahasa Indonesia, tetapi bagi mereka bertiga, sulit untuk mempelajari bahasa ibu mereka di tanah Barat ini.

Dan khusus untuk Alceo, Auryn dan Austin terbiasa memanggil Alceo dengan nama tengahnya, Marvel. Karena dulu lidah mereka lebih sulit menyebutkan nama Alceo dibandingkan Marvel. Kebiasaan itu terbawa sampai mereka dewasa.

"Mike sedang menuju kesana." Ujar Alceo membuat jantung Auryn berdebar cepat tanpa alasan.

Baru saja Alceo mengatakan itu, sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan kaki Auryn.

"Oh, ok." Ujar Auryn lalu mematikan panggilan telepon begitu saja.

Auryn mengenal mobil hitam di depannya, dan Auryn mengenal pemilik mobil ini. Tapi Auryn hanya menatap mobil hitam itu sampai kaca mobil di sisi pengemudi turun, memperlihatkan wajah dengan penuh senyum menghangatkan, janggut dan kumis yang di cukur rapih, dan rambut pendek yang berwarna hitam, terasa serasi dengan matanya yang berwarna coklat. Dia adalah Michael Varenino Darwin, Kakak tertuanya.

Baru senyum Auryn akan mengembang kalau saja Auryn tidak menyadari ada orang lain yang duduk di sisi penumpang di sebelah Mike -tempatnya biasa duduk.

"Jump in, princess." Mike berseru sambil mengkode Auryn untuk masuk dengan kepalanya.

Auryn memang menyukai panggilan princess, Tapi itu dulu. Dan hanya ayahnya serta Mikelah yang masih memanggilnya dengan sebutan itu disaat usianya sudah menginjak 19 tahun.

"Kamu lama!" Seru Auryn sambil memberengut. Ia mengacuhkan kehadiran orang yang sudah merebut kursinya, orang yang sedang tersenyum kepadanya, namun Auryn tahu kalau senyum itu tidak tulus datang dari hati.

Auryn membuka pintu penumpang dan menghempaskan bokongnya kedalam sana, menatap sinis manusia di sebelah Mike tanpa bermaksud membalas senyum menyebalkan itu.

"Gimana kuliah kamu, Princess?" Tanya Mike sambil melajukan mobilnya.

"Biasa aja." Jawab Auryn ketus.

Mike tahu kalau suasana hati Auryn sedang tidak baik, dan pilihan untuk mendiamkan Auryn adalah pilihan terbijak yang di ambilnya.

Begitu mobil Mike sampai di pekarangan Mansion milik keluarga Tyler, Auryn bergegas turun dan mengernyit begitu menyadari kalau Mike tidak mematikan mesin dan tidak ikut turun.

"Mike mau kemana lagi?" Tanya Auryn.

"Aku ada janji nonton sama Sophie." Jawab Mike sambil menghadap kebelakang, dimana Auryn masih duduk menunggu jawabannya. Mata Mike sempat melirik kearah Perempuan di sebelahnya, perempuan yang menyandang status sebagai kekasih dari seorang Michael Varenino Darwin.

Dan jawaban itu bukan yang Auryn harapkan.

"Oh." Auryn memaksakan senyumnya dan kemudian bergumam, "have fun, ya." Kemudian Auryn keluar tanpa menunggu jawaban dari kedua orang tersebut.

Auryn yang berdiri di depan pintu masuk Mansion keluarganya hanya bisa menatap datar mobil Mike yang kian menjauh dan kemudian menghilang.

Ia tidak tahu, alasan apa ia harus membenci setiap perempuan yang berada di sisi Kakak tertuanya itu. Yang jelas, Auryn tidak menyukai keberadaan perempuan-perempuan lain yang menyita perhatian Mike dari Auryn.

Meskipun pembawaan Auryn tenang, tapi Auryn tidak setenang itu di dalamnya.

***

My 7th Story in this orange-world!

Happy reading, Happy waiting!

Between the Line [#MFFS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang