"Auryn, berhenti mengabaikanku. Aku sudah memberitahumu, bukan? Mike sendiri yang menginginkan untuk pergi." Austin menahan pergelangan tangan Auryn yang hendak meninggalkan mereka begitu ia selesai bercerita. "Tidak bisakah kau memaafkanku?"
Auryn menepis tangan Austin dan berbalik dengan wajah tidak bersahabat. "Aku marah dan kau kira meminta maaf bisa mengembalikan keadaan seperti semula? Bisa mengembalikan Mike? Lagipula apa urusanmu? Kenapa kau harus memberikan pilihan itu pada Mike? Kenapa kau harus.... Arghh sudahlah lupakan! Kalian tidak akan mengerti!" Erangnya kembali berbalik hendak berjalan, namun Alceo menghalanginya terlebih dahulu.
"Ada lagi yang harus kau ketahui, Auryn." Alceo menatap Auryn. Gadis itu melengos, namun aura kecewa jelas terpancar dari sorot matanya. Alceo mengeluarkan ponselnya dan membuka fitur galeri untuk membuka gambar terakhir yang ia ambil agar bisa ditunjukan pada Auryn.
"Untuk apa kau memperlihatkan ini padaku?" Sewot Auryn tidak mengerti.
"Lihatlah wanita berbaju biru-"
"Turquoise. Wanita dengan dress Turquoise, Ryn." Ralat Austin membuat Alceo mendengus.
"Kenapa? Salah satu pacarmu?" Auryn bertanya sarkastik tanpa benar-benar tertarik menatap gambar di ponsel Alceo.
"Perhatikan saja!" Alceo berdecak.
Auryn memutar bola matanya kesal. Yang seharusnya marah disini harusnya adalah dirinya. Kenapa jadi Alceo yang sensitif?
Auryn baru akan memperhatikan ponsel Alceo ketika seseorang merangkulnya dengan santai.
"Akhirnya aku bisa bertemu kalian." Serunya masih merangkul Auryn. Tidak peduli dengan tatapan ingin membunuh Alceo dan Austin. "Kalian sedang apa disini?" Tanyanya sambil memperhatikan ketiga orang itu bergantian.
Gadis dirangkulannya menggidikkan bahu. Merasa tidak nyaman dengan tangkulan laki-laki itu, terlebih saat dua predator berdarah dingin yang saat ini sedang ia hukum tengah berbalik menatapnya tajam.
"Jack, lepas." Pinta Auryn.
"Ya, sebaiknya kau segera melepaskan rangkulanmu sebelum tanganmu itu berakhir di Gips atau amputasi." Alceo menambahkan.
"Atau kau akan menemukan dirimu bangun di jurang esok pagi, dan tebak apa? Rohmu berada diluar tubuhmu." Sambung Austin sambil menarik bahu Auryn hingga gadis itu berdiri di antara dirinya dan Alceo.
Auryn berdecak, meronta dan kembali berdiri di posisinya semula, berhadapan dengan kedua kembarannya.
"Aku masih marah dengan kalian! Jangan mencari alasan untuk berdekatan denganku." Auryn menunjuk dada Alceo dan Austin bergantian dengan ponsel Alceo masih di tangannya. Lalu ia berbalik saat kedua kembarannya sudah terlihat kesal. "Dan Jackson, jangan merangkulku seenaknya. Kau tidak tahu kalau aku sanggup mengirim kau keneraka sekarang juga kalau aku mau." Ancam Auryn juga menunjuk dada Jackson dengan ponsel Alceo.
Jackson meringis, "that's hurt, ryn." Ia memaksakan tawanya dan menggeleng. "Apa yang dua bocah ini lakukan padamu? Kenapa kau jadi menyeramkan begini?" Goda Jackson membuat suasana Auryn sama sekali tidak membaik. "Foto apa yang sedang kau lihat? Boleh aku ikut melihatnya?"
Auryn menggerutu sambil menghentakkan kakinya. Ia mulai melunak pada Jackson karena ia mendadak merasa bersalah telah melampiaskan kekesalan yang seharusnya tertuju ke satu arah menjadi ke berbagai arah. Auryn hanya menyerahkan ponsel Alceo pada Jackson tanpa bicara apapun lagi.
Wajah Jackson mendadak memucat begitu menerima ponsel yang diberikan Auryn. Secepat perubahan wajahnya, secepat itu juga Jackson melemparkan pandangan bertanya pada ketiga orang di hadapannya. "Kalian mengenal Isabella?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Between the Line [#MFFS 2]
RomancePart 8 Keatas di PRIVATE! Follow agar bisa terus membaca. terima kasih ^^ Apa yang bisa dilakukan kalau cinta datang tanpa pemberitahuan? Apa yang bisa dilakukan kalau laki-laki yang selama ini menjaga dan melindungimu, laki-laki yang merupaka...