29. (un)Expected. (3)

42K 4.8K 238
                                    

Sore itu Alceo meninggalkan kantor dengan perasaan berat. Ia tahu kalau ia telah menyakiti, bukan hanya hati kedua orang tuanya, melainkan hati Angeline sebagai ibu angkat Mike dan juga hatinya sendiri.

Ia tidak bisa menahan luapan emosinya ketika mendengar kenyataan itu. Emosi sesaat? Sepertinya. Tapi sampai detik ini, disaat ia mencoba berpikir tenang mengenai keputusan Mike untuk meninggalkan bangku CEO yang diberikan paman mereka, Kenneth, keputusan Mike untuk tinggal di Apartemen, dan berpergian keluar kota bahkan negri hanya untuk cita-citanya.

Apa Mike mengambil keputusan itu semata-mata hanya demi dirinya, atau Mike tahu kalau itu bukan porsinya?

Ia melajukan mobilnya, tidak tahu kemana ia akan pergi, jadi ia hanya membiarkan alam bawah sadarnya yang mengontrol tujuannya kali ini.

Mungkin berpikir sendiri tidak cukup membantu? Maka lebih baik ia mencari teman untuk bercerita.

Dan disinilah ia sekarang. Mencari ketenangan dan teman berbicara agar tidak pusing sendiri.

Namun sepertinya bukan dirinya sendiri yang memiliki pemikiran seperti itu ketika ia melihat sosok laki-laki yang ia kenali sedang duduk di sebelah pusara teman Kakak kandung mereka yang gugur sebelum melihat dunia beristirahat.

"Datang juga?" Sapa Austin begitu Alceo berjongkok di sebelahnya.

Alceo mengangguk. Menatap pusara bertuliskan nama Aaron Alexander Tyler dengan lamat. "Kau sudah tahu? Mengenai Mike?" Tanya Alceo. Kalaupun Austin menjawab tidak, Alceo sedang tidak bermaksud memberitahu Austin saat ini. Ia hanya ingin bicara.

Namun diluar dugaan, Austin mengangguk. "Bukankah itu alasannya kau kemari? Ingin bercerita pada Aaron dan bertanya apakah Mike adalah laki-laki yang pantas berada di keluarga Tyler seperti apa yang Mommy Daddy pikirkan atau tidak?"

Alceo menoleh menatap Austin bingung.

"Apa yang kau katakan pada Mommy dan Daddy tadi sedikit kelewatan, vel, kalau aku boleh katakan."

"Kau mendengar perdebatan kami?" Tanya Alceo mulai mengerti. Austin bukan dirinya. Meski Austin kecewa, Austin tidak akan mengeluarkan emosinya secara langsung. Tidak seperti dirinya.

Austin mengangguk. "Aku ingin berdiskusi sesuatu dengan Daddy, dan tidak sengaja mendengar perdebatan kalian. Aku mendengar hampir semua termasuk mengenai Aaron dan peran Mike bagi hidup Mommy dulu." Ia mengusap pusara Aaron sebelum melanjutkan ucapannya. "Tapi aku sudah tahu mengenai Mike beberapa hari yang lalu."

Alceo menoleh dengan cepat. Emosinya kembali naik karena Austin tahu dan Austin tidak memberitahunya.

"Kau perlu mengendalikan emosimu. Itu alasanku tidak langsung memberitahumu." Austin seakan bisa menebak kalau Alceo sudah akan meledak, kembali berbicara. "Lagipula aku juga masih memikirkan sesuatu. Makanya aku lebih memilih berdiskusi dengan Aaron meski aku tidak mendapat jawaban."

Alceo menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya perlahan. Austin benar kalau emosinya mudah meledak. Dan itu alasannya ia butuh ketenangan dengan datang kemari.

Mereka terdiam bersamaan. Membiarkan angin musim semi menerpa mereka.

"I've been doing something stupid. Aku baru menyadarinya sekarang setelah mendengar ucapan Daddy padamu tadi." Ucap Austin membunuh keheningan. "Aku mengkonfrontasi Mike untuk memilih." Austin menoleh pada Alceo dan tersenyum kecut. "Dan aku sadar kalau pilihan yang kuajukan akan membuat Mommy juga Daddy kecewa kalau sampai tahu."

Alceo masih diam mendengar ucapan adik kembarnya itu. Sebelum Adik kembarnya membuat kedua orangtuanya kecewa, Ia sudah terlebih dahulu memecahkan rekor itu. Jadi ia tidak perlu tahu apa hal yang akan membuat orang tuanya lebih kecewa lagi dari pada anak seperti dirinya.

"Aku yakin kau memiliki perasaan yang sama setiap melihat Auryn dan Mike menempel satu sama lain, kan?" Pertanyaan itu lebih terdengar seperti pernyataan ditelinga Alceo. "Now everything make sense. Perasaan itu hanya insting kita sebagai kakak yang melindungi bungsu kesayangan kita dari laki-laki yang akan membuatnya menangis. Mike termasuk kedalamnya."

Alceo menoleh dan menatap mata Austin yang berwarna cokelat seperti dirinya. Kembar identik yang memiliki dua sifat bertolak belakang.

"But i made it as a choice for him."

"Lalu?" Tanya Alceo seakan mengerti hanya dengan menatap mata Austin.

Austin menggidikkan bahunya bertepatan dengan ponselnya yang berbunyi nyaring di pemakaman umum itu.

Austin mengernyit melihat nama Ibunya yang tertera di layar, namun ia langsung menggeser tombol hijau di layar sebelum panggilan itu berakhir.

"Mom?" Sapa Austin.

Alceo kembali hanyut dengan pemikirannya, menunggu Austin selesai berbicara. Pasti ada alasan Ibunya tidak menghubunginya dan pasti perdebatan mereka tadi yang menjadi alasan utamanya.

Tubuh Austin menegang dan menoleh pada Alceo. Alceo mengernyit tidak mengerti.

"Mom, tenang. Bicara perlahan." Pinta Austin.

Alceo mulai ikutan panik mendengar nada khawatir Austin. Ia bertanya tanpa suara pada Austin, tapi Austin hanya menjawab dengan isyarat tangan yang memintanya menunggu.

"Baiklah, Mom. Aku sedang bersama Alceo. Aku akan mencarinya. Mom dirumah saja dan kabari kami kalau dia sudah kembali. Tenangkan dirimu, mom, ok?"

Begitu panggilan berakhir, wajah pucat Austin yang terlihat tanpa menjawab pertanyaan bertubi Alceo mengenai apa yang baru saja ia bicarakan, dan apa yang sedang terjadi.

"He made his choice." Gumam Austin.

"Apa maksudmu? Pilihan apa? Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Alceo tidak sabaran. "Mom baik-baik saja kan? Dad??"

Austin menatap Alceo, sebulir airmatanya jatuh, hatinya terasa sesak, kepalanya seakan penuh akan kata bagaimana, kenapa, apa. Bagaimana ia harus bertindak sekarang? Kenapa ia bisa memiliki pemikiran egois itu? Dan apa yang akan terjadi sekarang?

"Austin Marvello Tyler! What the heck is happening?!" Seru Alceo kehabisan kesabaran.

"He's leaving." Cicit Austin seakan dirinya sedang berada jauh dari Alceo dan raganya. "He Choose to leave."

"Siapa yang pergi? Apa maksudmu?!" Tanya Alceo.

"Mike. Mike memutuskan untuk pergi. Ia meninggalkan seluruh fasilitas yang Mommy dan Daddy berikan, kunci rumah, mobil, apartemen, ponsel, seluruhnya... dan juga..."

Alceo terdiam. Bagaimana bisa Mike memutuskan pergi? Apa Mike gila? Tidak tahu berterima kasih atas apa yang sudah dua orang tuanya berikan kepadanya selama ini?!

"Auryn tidak ada di manapun di dalam mansion. Auryn menghilang." Sambung Austin sedikit tercekat.

Tahu bagaimana perasaan Auryn dan bagaimana menempelnya Auryn pada Mike. Dan hilangnya Auryn, 100% adalah tanggung jawabnya.

Alceo terbelalak. "Katakan sekali lagi!" Perintahnya tidak percaya.

"Auryn kabur dari Mansion." Ulang Austin yang terdengar seperti petir di telinga Alceo.

Masalah apa lagi ini?

***

Tbc

TRIPLE UPDATE! YEY!

Maap pendek" ✌

That's all for today gaesss 😚

3 part hari ini KHUSUS untuk Alceo dan Austin serta Nicholas dan Keira.

Next chapter akan ada Peter!

Stay tune 😉

Between the Line [#MFFS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang