Mike mengerang sambil menekan keras kepalanya yang seperti habis terkena palu godam. Sakit dan pening menyerangnya. Perutnya juga sama tidak baiknya. Ia merasakan gejolak perputaran disana, dirinya mual dan memuntahkan isinya sembarangan karena tubuhnya masih belum bisa bergerak semaunya. Ia masih terlalu bingung dengan situasinya.
Ia akan membereskan muntahannya nanti kalau sakit juga kaku diseluruh tubuhnya sudah terasa lebih baik. Setidaknya sampai kepalanya tidak sesakit ini lagi.
Mike mengerang lagi. Ia bukan tipe laki-laki yang lembek terhadap alkohol, tapi perlu di akuinya kalau asupan alkoholnya kemarin sudah melebihi batas toleransinya. Ia hanya ingin melupakan rasa sakitnya karena lagi-lagi ia menyakiti Auryn. Dan kali ini, dirasanya sudah terlalu fatal untuk mudah di maafkan.
Apa dirinya harus terus seperti ini? Apa dirinya harus terus menjadi idiot yang selalu berlari?
Suara derit pintu terdengar, namun Mike terlalu larut dalam dirinya yang sedang meredakan nyeri. Hingga sebuah tangan hangat menyentuh permukaan kulitnya, Mike tersadar kalau suasana ini, kenyamanan ini, dan kehangatan serta wangi ruangan ini tidak seperti rumahnya beberapa minggu belakangan. Dan setelah berminggu-minggu pulang ke rumah minimalis itu, baru kali ini ia merasa kalau dirinya benar-benar pulang.
"Kau baik-baik saja, Mike? Kepalamu sakit? Perutmu?"
Suara lembut yang menenangkan bagi Mike terdengar di dekatnya. Perlahan namun pasti, Mike menyingkirkan tangannya dari atas kepala, membuka matanya perlahan dan menemukan wajah khawatir Keira di depannya.
"M-mom?" Cicit Mike tidak percaya. Ia melihat ke sekitar meskipun kepalanya masih terasa sakit dan ia menyadari kalau dirinya kini berada di kamar tidurnya di kediaman Tyler.
Keira menghela nafas lega. "Kau buat Mommy takut saat melihatmu tidak sadarkan diri ketika Alceo membawamu pulang. Kenapa kau mabuk? Ini tidak seperti dirimu."
Mike tidak menjawab. Ia hanya menatap Keira dan hatinya serasa bergemuruh. Rasa hangat, rindu, nyaman, juga bersalah yang seakan berlomba-lomba untuk keluar saat ini terasa sangat menyesakkan. Bahkan rasa sakit di kepalanya tidak lagi ia rasakan.
"Ada apa, Son? Kau terlihat kacau. Kau juga kurusan. Apa kau tidak makan teratur? Pekerjaanmu berat? Kau memiliki masal-"
Keira tidak melanjutkan ucapannya karena Mike sudah melingkarkan lengan di pinggangnya, memeluk Keira dengan posisi setengah berbaring dan terisak. Mike menangis.
Meskipun Keira khawatir, tapi Keira membiarkan Mike menyelesaikan tangisnya. Pasti ada alasan yang kuat hingga Mike mabuk seperti semalam. Alasan yang juga pasti dimiliki putri bungsunya yang bernasib sama di kamar sebelah.
Tangan Keira mengelus rambut Mike perlahan. Menunggu dengan sabar sampai Mike selesai mengeluarkan seluruh emosinya.
Keira tahu kalau Mike adalah laki-laki kuat juga mandiri. Bahkan Keira hampir tidak pernah melihat Mike menangis. Dan kalau laki-laki semandiri Mike menangis, maka beban yang ditanggung laki-laki itu pasti sudah kelewat berat hingga laki-laki itu tidak lagi bisa menghadapinya.
Mike terlihat lebih tenang setelah menangis. Ia sudah duduk dan bersadar di kepala kasur dengan bantuan Keira, dan Mike juga meminum susu yang dibawa Keira tadi. Tatapan Mike menatap menyesal kearah lantai yang kini kotor karena muntahannya.
"Aku akan membersihkannya nanti." Sesal Mike.
"Tidak perlu di pikirkan. Eleanor akan membersihkannya nanti. Sekarang, apa yang terjadi padamu?" Tanya Keira sambil menggenggam jemari Mike. "Kemana saja kau selama ini, dan kenapa tidak mengabari?"
Mike menelan ludah. Ia tidak menyangka kalau ia akan berakhir di kediaman Tyler saat mabuk kemarin.
"Aku sudah bertemu dengan Ibu kandungku. Dan aku tinggal bersamanya sekarang." Ucap Mike menatap lurus kearah kakinya yang tertutup selimut tebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between the Line [#MFFS 2]
RomantizmPart 8 Keatas di PRIVATE! Follow agar bisa terus membaca. terima kasih ^^ Apa yang bisa dilakukan kalau cinta datang tanpa pemberitahuan? Apa yang bisa dilakukan kalau laki-laki yang selama ini menjaga dan melindungimu, laki-laki yang merupaka...