17. Disappointment (2)

49.2K 4.7K 70
                                    

Auryn's POV

Karena aku mencintai orang lain.

Seumur-umur aku tidak pernah membayangkan kalimat itu keluar dari bibir Mike.

Pernahkah kukatakan kalau aku membenci sifat playboy Marvel dan Jackson?

Pernahkah kukatakan kalau SANGAT BERUNTUNG Mike tidak memiliki sifat itu? Nampaknya aku salah.

Coba jelaskan, bagaimana mungkin Mike baru mengatakan kalau dia akan menikah, beberapa hari kemudian mereka putus hubungan, lalu beberapa hari lagi setelahnya Mike mengatakan kalau dia mencintai orang lain?

Apa sebutan yang tepat selain Mike juga memiliki jiwa Playboy Marvel? Kakak beradik sama saja!

Tapi kenapa aku harus sekecewa ini lagi?

Setelah harapanku melambung saat mendengar putusnya hubungan Sophie dengan Mike, secepat itu juga harapanku sirna.

Aku sangat tahu perasaan cintaku yang berlebih pada Mike itu salah. Bahkan aku tidak tahu sejak kapan perasaanku ini jadi berlebih muatan ketimbang rasa cintaku ke Austin dan Marvel.

Tidak ada yang tahu kalau aku selalu memanjatkan doa yang sama setiap meniup kue ulang tahunku semenjak aku berumur 5 tahun hingga sekarang.

Well, sebenarnya ada perubahan doa semenjak aku berumur 12 tahun. Bukan perubahan yang signifikan karena bagiku, perubahan itu hanya sebuah tambahan untuk melengkapi doaku.

Kalau saat berumur 5 tahun aku menginginkan Mike bisa selalu merayakan setiap ulang tahunku setiap tahunnya, semenjak berumur 12 tahun, aku masih memanjatkan doa yang sama, tetapi bersama dengan harapan baru.

Aku berharap kami bukan saudara. Dan kami bisa seperti Mommy dan Daddy, suatu saat nanti.

Dan tentulah harapan yang kupanjatkan setiap tahun tidak akan pernah terkabul. Kecuali permintaanku untuk menghabiskan setiap ulang tahunku bersama Mike, maybe?

Sepertinya aku harus memikirkan harapan baru untuk ulang tahunku selanjutnya karena aku sadar, permintaanku sangat mustahil terkabul.

Kami tetaplah saudara.

Dan aku membenci kenyataan baru dari Mike yang menyukai orang lain.

*

"Kau yakin sudah sembuh? Aku bisa mengantarmu kembali ke Mansion atau ke dokter kalau kau ma-"

"Aku baik-baik saja, Jack." Potongku enggan bicara terlalu banyak lagi.

"Baiklah." Jackson memilih kembali diam dan menatap jalanan di hadapan kami.

Sebenarnya aku tidak bermaksud melemparkan kekesalanku pada Jackson. Padahal aku yang meminta Jackson datang menemaniku menonton film hari ini.

Dan perubahan sikap Mike, tentu bukanlah salah Jackson.

Aku menghela nafas memikirkan bagaimana kemarin aku hanya menjawab ucapan Mike dengan satu buah kata 'oh' dan memilih untuk tidur - berpura-pura tidur - dari pada membicarakan lebih lanjut topik menyebalkan itu.

Pagi ini aku juga tidak menemukan Mike dimanapun di dalam Mansion.

Memangnya aku mengharapkan apa? Mike akan berada di sampingku sambil tersenyum dan memanggilku dengan panggilan sugarbee lagi?

Bangunlah, Auryn! Mike tidak benar-benar bermaksud membuatmu melayang dengan panggilan itu! Runtuk batinku.

"Kau yakin kau baik-baik-"

"Iya, Jack! Bisa kah kau diam?" Aku menutup mulutku, tersadar kalau aku lagi-lagi melampiaskan kekesalanku pada orang yang salah. "Ma-maafkan aku, Jack. Aku tidak bermaksud..."

Jackson menyunggingkan senyumnya dan ia hanya mengangguk seakan mengerti.

Dan akhirnya tidak ada lagi di antara kami yang bersuara sampai mobil yang dibawa Jackson tiba di salah satu pusat perbelanjaan terkenal dengan box office terbesar di LA.

Jackson berjalan di depanku, mendahuluiku tanpa bicara apapun.

"Jack..." panggilku pelan. Jackson menoleh masih memasang senyumnya namun itu terlihat aneh bagiku. Aku malah merasa bersalah. "Jack, bicaralah..." pintaku jengah menghadapi kediaman Jackson yang diakibatkan oleh kelabilanku.

"Aku sudah boleh bicara? Kau memintaku diam tadi." Sindirnya sambil terkekeh.

Aku mengerucutkan bibirku, "Aku sudah meminta maaf." Cibirku pelan.

Jackon tertawa dan tiba-tiba merangkul bahuku, membawaku berjalan di sisinya, "Baiklah, aku hanya bercanda, tuan putri." Ucapnya membuat wajahku merona.

Sebutan itu hanya digunakan oleh Mike dan Daddy. Mendengar Jackson juga memanggilku dengan sebutan itu terasa... salah?

Jackson mencubit pipiku, membuatku mengerjap dan mengaduh. "Lupakan masalahmu. Kau mengajakku keluar untuk berkencan, kan? Lebih baik pikirkan aku kalau kau sedang bersamaku."

Aku mencibir lagi, "aku tidak pernah bilang kalau ini ajakan kencan."

Jackson membuat wajah terkejut di depanku sambil mendekap dadanya, "benarkah? Kalau begitu, apakah aku yang terlalu percaya diri dengan menganggap ajakan ini adalah sebuah ajakan kencan dari seorang tuan putri agung Auryn Marvella Tyler?"

Aku tertawa melihat wajah lucu yang dibuat Jackson hingga refleks aku mencubit lengan Laki-laki itu karena gemas. "Berlebihan!"

Jackson ikut tertawa sambil kembali merangkulku disisinya. "Setidaknya laki-laki berlebihan ini bisa membuat tuan putri agung tertawa. Apa aku pernah mengatakan kalau aku rela berbuat apapun untuk membuatmu tertawa?" Tanyanya membuatku mendongak.

Jackson dan Mike. Tentu 2 pribadi yang berbeda.

Seburuk apapun aku memperlakukan Jackson, Laki-laki itu tetap bisa membuatku tertawa. Tapi apapun yang kulakukan untuk Mike, kenapa aku selalu berakhir dengan tangisan membengkakkan mata? Tidak ada lagi tawa tanpa beban seperti saat kami kecil dulu.

Mungkin itu adalah poin plus dari seorang playboy yang mampu menangani berbagai tipe perempuan termasuk diriku?

Harus kuakui, Jackson selalu berhasil membawa senyumku kembali. Tapi hatiku tetap terasa hampa.

Mataku yang sedang menatap sekeliling kemudian tertambat pada satu titik. Seketika langkahku terhenti saat mengenali sosok yang tengah duduk di dalam kafe tidak jauh dari posisiku.

"Ada apa?" Tanya Jackson yang ikut berhenti.

Aku tidak menjawab, aku hanya menatap laki-laki yang tengah tersenyum, bukan kepadaku, melainkan pada sosok di depannya, menatap mereka dengan hati yang tadinya hampa, menjadi berisi.

Berisi penuh dengan pisau yang menusuk.

Aku merasa tarikan di bahuku dan dalam sekejap aku sudah berada di dalam pelukan Jackson.

"Don't look if it hurts you." Ucapnya pelan sambil membawaku pergi.

Airmataku sudah akan mengalir, namun setengah mati kutahan.

Kenapa aku harus jatuh cinta pada orang yang salah? Kenapa bukan jatuh cinta pada Jackson yang selalu membuatku tersenyum, tapi Mike, Kakakku sendiri?

***

Tbc

Between the Line [#MFFS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang