61. Will you...

67.5K 5K 228
                                    

"Hei, ayolah! Kau seharusnya marah hanya kepada Mike, kenapa kami juga kau diami?" Protes Austin kesekian kalinya.

"Masih tanya kenapa? Kalian menyimpan rahasia sebesar itu dariku. Pengkhianat!!!" Gerutu Auryn tanpa mau keluar dari sarang persembunyiannya.

"Bukan salah kami. Kami mengira Mike yang akan memberitahumu sendiri." Bela Alceo seraya bersandar di lemari baju mengarah ke adiknya yang masih setia menyembunyikan diri dibalik selimut tebalnya.

Auryn akhirnya membuka selimutnya dan duduk menatap kedua kembarannya dengan tatapan kesal. Ia berdecak kesal karena kedua kembarannya mengganggu sore tenangnya yang sedang menikmati drama korea di hari libur dengan memaksa masuk dan memaksa Auryn kembali mengumpat di balik selimut tebal.

Apalagi kalau bukan karena ia malu sudah memohon pada Mike disaat dirinya sedang memasang bendera perang pada laki-laki itu. Dan melihat kedua kembarannya yang datang ke kamarnya secara bersamaan, membuat Auryn menduga kalau Mike pasti menceritakan kejadian memalukan itu.

Dugaannya terbukti tepat karena kedua kembaran bodohnya itu dengan terang-terangan mengakuinya.

"Kau tidak tahu kalau aku sangat malu sudah berbicara omong kosong sepanjang itu pada Mike disaat aku seharusnya mempertahankan harga diriku?!" Auryn berdecak sebal.

"Kami tahu." Jawab Alceo tanpa dosa. "Maka itu kami kemari karena ingin melihat wajahmu itu."

Wajah Auryn semakin memerah dan ia kembali membenamkan diri di dalam selimut.

Austin berdecak menatap Alceo yang masih memasang wajah tanpa berdosanya sambil kembali membujuk Auryn untuk membuka selimutnya.

"Kau boleh marah dengan Alceo juga sekarang. Tapi jangan mengabaikanku." Bujuk Austin.

"Kalian berdua sama. Satu paket menyebalkan!"

"Dan tampan." Sambung Alceo dengan cengirannya.

"Aku tidak menyebalkan." Austin membela diri. "Hei ayolah, aku tidak punya waktu seharian untuk membujukmu keluar dari sini." Austin mencoba menarik selimut Auryn, namun gagal karena selimut itu cukup rumit menbelit tubuh Auryn.

Austin mengerang dan menoleh menatap Alceo meminta pertolongan.

"Apa? Kau yang setuju, bukan aku." Sanggah Alceo tidak mau ikutan.

"Kau mau aku mengadu ke Daddy atau Mommy? Lalu mobil kesayanganmu akan disita sebulan penuh?" Tanya Austin.

"Sejak kapan kau jadi pengadu?"

"Kalau begitu cepat selesaikan. Aku harus membuat laporan untuk tugas kuliahku!"

"Aku juga!" Sergah Alceo tidak mau kalah.

"Aku mau kembali menonton film dramaku!" Sambar Auryn dari dalam selimut.

"Setelah urusan kita selesai, Auryn. Cepat keluar dan mandi." Paksa Austin. "Atau kau mau aku membopong dirimu juga selimut ini kedalam Bathtub berisi Air dingin?"

Auryn bergidik dan membuka selimutnya hanya mengeluarkan wajahnya. "Kau tidak akan berani."

"Kau sedang bicara dengan aku, Auryn. Aku selalu memegang ucapanku." Austin menyeringai.

"Bweeek!" Auryn menjulurkan lidahnya dan kembali masuk kedalam selimut.

"Baiklah kalau itu pilihanmu." Austin bangkit dari sisi kasur Auryn dan dalam hitungan ketiga, Auryn beserta selimut yang menggulung gadis itu sudah berada di dalam gendongannya dengan mudah.

"Austin turunin!!!" Teriak Auryn panik. Ia tidak bisa membuka selimutnya karena tertahan oleh lengan Austin. Ia semakin panik saat merasakan Austin berjalan kearah yang tidak bisa ia tebak. "BAIKLAH AKU AKAN MANDI! TURUNKAN AKU!!!"

Between the Line [#MFFS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang