8. I'm not Lying

72.3K 5.6K 443
                                    

Jackson berdiri di ambang pintu kamar Auryn dan menatap lurus kearah gadis cantik yang sedang duduk membelakanginya sambil menatap pemandangan yang ada di luar jendela kamar.

Kalau diperhatikan, sudah hampir dua jam Auryn setia pada posisinya yang berdiam diri seperti itu.

Jackson menoleh kebelakang dimana Bodyguard Auryn masih setia mengekori Jackson yang meminta masuk ke kamar Auryn tadi, lalu menatap Auryn sejenak.

Bodyguard itu semakin gencar menjaga gerak gerik Jackson semenjak tragedi Auryn yang kembali ke mobil dengan mata sembab. Jackson yang merupakan satu-satunya orang di dekat Auryn saat itu juga tanpa pembelaan, langsung mendapat tatapan penuh tuduhan dan ancaman dari seluruh Bodyguard Auryn.

Masih bernafas sampai detik ini mungkin sudah merupakan sebuah keberuntungan untuk Jackson.

Jackson melangkah dan berdiri disamping Auryn yang masih menatap kosong pemandangan di depan, "Ryn, sarapanmu sudah dingin." Ucap Jackson pelan.

Sebenarnya banyak pertanyaan berkelebat di kepala Jackson saat ini. Alasan Auryn mengajaknya ke Cuba, dan alasan Auryn tiba-tiba diam, dan alasan Auryn menangis. Tapi Jackson cukup bijak untuk mengubur pertanyaannya sementara waktu.

"Ryn." Jackson menepuk bahu Auryn membuat gadis itu mengerjap dan menoleh. Jackson tersenyum ramah, "Sarapan dulu, ya?"

Untuk pertama kali dalam dua jam terakhir, Auryn seakan baru bernafas setelah ia menghembuskan nafasnya dengan keras. "I wanna go home, Jack."

Jackson mengerjap. Ia tentu tahu bukan tanpa alasan Auryn ingin pulang. Pasti apa yang ia lihat di old havana itu adalah alasannya. Alasan atas semua pertanyaannya.

Jackson hanya tersenyum dan mengangguk, "tapi kau harus makan terlebih dahulu."

"Aku tidak lapar." Balas Auryn kembali menatap jendela besar itu. "Aku hanya ingin pulang." Auryn mendesah pelan.

"Boleh aku duduk disini?" Tanya Jackson ragu. Ia bisa saja ditendang keluar jendela kalau lancang duduk di sebelah Auryn tanpa seijin gadis itu mengingat tatapan tajam yang masih bisa ia rasakan di belakangnya.

Auryn menoleh dan mengangguk pelan seraya bergeser sedikit untuk Jackson.

Jackson bersorak kecil dan duduk di sebelah Auryn sambil menatap kearah yang sama.

Jackson lalu tertawa kecil, mengundang perhatian Auryn yang menoleh bingung kepadanya.

"Aku jadi teringat pengalamanku kalau melihat langit biru di atas kasur seperti ini." Ucap Jackson sambil menoleh geli kearah Auryn. "Mau mendengarkan?"

Auryn mengangguk kecil tanpa minat. Ia kembali menatap lurus kearah langit biru yang sangat bertolak belakang dengan hatinya sekarang.

Jackson berdeham sambil dalam hati meminta maaf pada Alceo. "Saat awal kuliah dulu, aku dan Kembaranmu, Marvel, sering menghabiskan malam minggu di club. Mungkin kau sudah tahu tentang kebiasaan kami ini." Jackson tertawa getir. "Kami sering bertaruh setiap malamnya untuk menggoda perempuan disana. Hanya menggoda, Tidak lebih!" Jackson gelagapan saat Auryn menoleh sinis padanya dan mendengus.

"Dan hari itu mungkin hari sial untuk kami. Dan terakhir kalinya kami melakukan taruhan bodoh itu. Kau tahu kenapa?" Tanya Jackson berusaha mengajak Auryn berkomunikasi.

"Karena perempuan yang digoda ternyata memiliki pacar? Lalu Kalian di hajar?" Tebak Auryn terlihat enggan mengikuti percakapan Jackson.

"Hampir benar." Jackson mengangguk-angguk sambil tertawa kecil. "Hari itu kami melakukan hal berbeda. Kami menambah tantangan lain pada taruhan kami."

Between the Line [#MFFS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang