51. Misery (2)

41.3K 4.5K 296
                                    

My reader's Wish is my Command.

Mike menuai banyak ancaman ya di chapter sebelumnya. Dari yang maki-maki, mau nyubit, nyekek, golok, bunuh, bahkan ada yang nyelametin juga 😂

Yoweslah, selamat membaca!

***

"Auryn, sudah cukup." Jackson menahan lengan Auryn begitu Auryn ingin kembali menegak cairan bening yang sudah di minum gadis itu sejak 30 menit yang lalu.

"Aku harus minum." Gumam Auryn. "Alkohol bisa menghilangkan rasa sakit, kan?" Tatapan Auryn kosong, tidak berjiwa dan ia langsung mengosongkan gelasnya dalam sekali telan kemudian ia kembali menuang cairan bening itu ke gelas.

"Austin dan Marvel bisa membunuhku kalau melihatmu mabuk seperti ini." Jackson berkata lirih. Matanya menatap prihatin gadis di hadapannya yang sudah kembali menegak alkohol di gelasnya sambil memejamkan mata menahan sengatan rasa tajam yang di hasilkan. "Meski kau sakit hati, tapi setidaknya kau harus menyayangi dirimu sendiri, Ryn."

Auryn mendengus, "kalau dengan aku mabuk bisa membuat Mike memperhatikanku lagi, aku tidak keberatan."

Jackson menghela nafas. Apa patah hati selalu seperti ini? Apa kekasih-kekasihnya yang ia putusi dulu juga seperti ini? Jackson tidak bisa menolak saat Auryn memaksanya pergi ke Club setelah kejadian itu. Auryn mengancam akan melompat dari mobilnya, -yang menurutnya bukan ancaman belaka, karena Auryn sudah membuka pintu mobilnya yang sedang melaju kencang- atau mengantar gadis itu ke Club seperti permintaannya.

Jalan teraman yang Jackson Pilih adalah mengantar gadis ini ke salah satu Club Malam yang dikelola keluarga Tyler, karena ia mengira kalau setidaknya Bartender disana akan ikut membantunya mengontrol alkohol yang di konsumsi Auryn, tapi kenyataannya salah besar saat Auryn dengan tidak berperasaan, -atau mungkin perasaannya sedang mencutikan diri akibat tersakiti oleh Mike- mengancam akan memecat mereka kalau tidak memberikan alkohol terkuat yang mereka miliki.

Jackson menopang sisi wajahnya dengan telapak tangan yang sikunya ia istirahatkan di meja Bar, menatap Auryn dari tempatnya dengan tatapan prihatinnya. "Kau mungkin tidak perlu seperti ini kalau saja kau memilihku, Ryn."

Meski gumaman itu kecil dibandingkan lagu yang berdentang di sepenjuru klub malam, Auryn masih bisa mendengarnya. Tangan Auryn terhenti di udara ketika ia akan menegak lagi cairan bening itu untuk kesekian kalinya, lalu dengan perlahan menoleh menatap Jackson.

"Aku pasti akan memastikan kalau kau bahagia. Aku tidak akan melukaimu seperti ini." Sambung Jackson bersungguh-sungguh tanpa menghilangkan sorot lembut di matanya. "Kau tidak perlu seperti ini."

Auryn meletakkan lagi gelas yang masih terisi penuh itu di atas meja. Ia tertawa kecil dan perlahan berubah menjadi tawa yang kencang disertai air mata yang keluar dari kedua sudut matanya. Airmata yang pada akhirnya keluar lagi setelah gadis itu masuk kedalam mobil tadi.

Tawa Auryn terdengar pilu, Jackson bahkan turut merasakan nyeri di dadanya ketika tawa itu berubah menjadi isakkan.

"Kau benar." Ucapnya. Auryn kembali tertawa dan memutar kursinya menatap Jackson dengan tatapan kosong.

Gadis ini sudah mabuk. Pikir Jackson.

"Kenapa aku tidak mencintaimu saja?" Gadis itu seakan berbicara sendiri. "Kenapa aku harus mencintai laki-laki idiot dan egois itu?"

"Kita sebaiknya pulang, Ryn. Aku rasa kau sudah cukup mabuk." Komentar Jackson. Jackson mengetuk pelan meja bar di sebelahnya, "Ya, benar. Semakin lama kau disini, nyawaku akan semakin terancam. Aku tidak bisa menunggu salah satu kakakmu untuk datang menjemputmu." Meski Jackson sudah menghubungi Austin sebelum kesana, tapi Jackson tidak tahu apa salah satu atau keduanya akan datang atau tidak.

Between the Line [#MFFS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang