23. a Sunset Date (2)

54.7K 4.5K 59
                                    

One day while my light
Is glowin',
I'll be in my castle golden
But until the gates are open,
I just want to
Feel this moment
- Feel this Moment, Pitbull

***
Auryn's POV


"Kita mau kemana dulu, Mike?" Tanyaku begitu aku selesai memasang sabuk pengaman dan BMW Convertible Sport milik Mike melaju membawa kami ke jalanan.

"Kau mau kemana lebih dulu, Ryn?" Tanyanya tanpa mengalihkan tatapannya dari jalanan.

Aku kembali menelan rasa gatalku karena merasa aneh dengan cara Mike memanggilku barusan.

"Too early for a sunset, i guess." Jawabku tanpa benar-benar memberi jawaban.

Sebenarnya bukan hanya Marvel, aku juga merasa kalau Mike bertingkah laku aneh belakangan hari ini. Hanya saja aku tidak tahu dimana letak keanehannya selain... selain caranya memanggil namaku mungkin?

"Bagaimana kalau kita ke Universal Studio dulu?" Tanya Mike membuatku menoleh. "Not too early for the adventure, right?"

Aku tergelak dan mengangguk. "Aku akan menelepon Bibi Alle." Apa aku pernah mengatakan kalau Bibiku adalah pemegang saham terbesar Universal Studio Hollywood? Pamanku yang super romantis itu memberikannya pada bibiku sebagai hadiah ulang tahun pernikahan dulu. How sweet they are, hm?

"Tidak perlu. Kita beli saja tiketnya." Tolak Mike membuat gerak jariku berhenti. "Lagipula uangnya juga akan berputar ke kita lagi, kan?" Ia terkekeh dan aku mengangguk setuju sambil ikut tertawa.

Meski pastinya Bibi Alle atau Paman Ken akan mencak-mencak kalau sampai tahu kami ke sana tanpa menggunakan Privilage Card dari mereka.

Waktu yang masih menunjukan pukul 9 pagi, terlebih hari kerja, tidak menjadikan Universal Studio Hollywood sepi pengunjung. Bahkan aku bisa melihat antrian memanjang di loket karcis yang membuatku meneguk ludah susah payah dan menatap Mike ragu.

Apa ia masih mau mengantri dan membeli tiket itu?

"Ayo turun!" Ajak Mike begitu ia selesai memarkirkan mobilnya di posisi yang benar. "Kau tidak membawa jaketmu?"

Mike memperhatikanku yang hanya memakai Crop tee putih dan Jeans pendek sebagai bawahan dilengkapi oleh sepatu boot berwarna cokelat.

Aku menggidikkan bahu sambil melepas sabuk pengaman. "Tidak terlalu dingin."

"Tapi nanti kau kedinginan." Tolak Mike.

"Kau bisa memelukku." Jawabku santai sambil terkekeh lalu membuka pintu. "Ayolah. Antriannya akan semakin panjang kalau kau tetap duduk disana. Penjaga loket tidak akan menghampirimu dan mengantarkan tiketmu kesini." Sindirku.

Mike berdecak dan menggeleng lalu memgikutiku keluar dari mobil sambil membawa kameranya.

"Kau mau bermain atau mengambil gambar?" Tanyaku begitu Mike sudah berdiri di sampingku.

"Keduanya." Jawab Mike. "Kau tidak pernah tahu ada hal indah apa yang bisa di abadikan nanti. Jadi lebih baik berjaga-jaga dengan membawanya, kan?" Tanya Mike sambil mengangkat kameranya yang besar.

Aku memutar bola mataku malas. "What happen with smartphone, Mike? Apa gunanya benda pipih itu kalau bukan untuk mengambil gambar?"

Mike terkekeh dan menarikku menuju ke antrian yang semakin memanjang itu.

"Lagipula aku tidak memintamu untuk membawakan kameraku untukku." Ucap Mike begitu kami sampai di belakang antrian.

"Ha... ha... if you ask me, i'll leave it on the trash bin." Aku tertawa datar diikuti oleh tawa meledak begitu mendengar jawabanku sendiri.

Between the Line [#MFFS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang