56. Push!

45.6K 4.5K 114
                                    

Jackson melajukan mobil menjauhi kediaman keluarga Tyler sambil sesekali melirik kearah Auryn yang terlihat jauh dari kata baik-baik saja.

Mata sembab, wajah pucat, bibir kering, dan lingkaran hitam di bawah mata Auryn menandakan kalau gadis itu tidak bisa tidur dengan baik semalam meski mabuk.

Jackson sempat terkejut saat Auryn kembali meneleponnya sore itu untuk menemaninya keluar. Jackson sempat mengira kalau Auryn akan di karantina oleh keluarganya akibat semalam. Apalagi Austin yang bahkan datang-datang sudah salah paham dan menghajarnya. Ia mengira kalau kemarin adalah kali terakhir Auryn diijinkan berada didekatnya tanpa pengawasan Austin ataupun Alceo.

"Kemarin... maaf." Gumam Auryn setelah diam cukup lama. "I'm not on my right mind yesterday."

"I can see that." Jackson terkekeh, mencoba bercanda untuk mencairkan suasana tegang yang menyelimuti. Ia meringis saat senyumnya tertarik terlalu lebar karena lebam di sudut bibirnya masih belum sembuh akibat tinju Austin semalam.

Aury menoleh, tangannya refleks menyentuh lebam itu. Jackson sempat menghindar, tapi tidak banyak. Jadi Auryn masih bisa menyentuhnya. "Apa yang terjadi semalam?"

Jackson meringis dan menggeleng. "Let's live for today, Ryn. Jangan membahas masalah kemarin lagi." Pinta Jackson. Ia yakin kalau dirinya nekat mengatakan apa yang terjadi semalam, Auryn akan merasa malu dan bersalah secara bersamaan. Dan dirinya tentu tidak mau Auryn melompat keluar dari mobilnya yang melaju cepat akibat tidak dapat menahan malunya. "Jadi kau mau kemana hari ini?" Tanya Jackson memgalihkan pembicaraan.

"Aku tidak tahu." Jawab Auryn setelah diam beberapa detik.

"Bagaimana kalau pantai? Kau suka Sunset, bukan?" Tawar Jackson.

"Tidak mau!" Tolak Auryn cepat. Sunset hanya akan membuatku mengingat Mike lagi.

Jackson sedikit terkejut mendengar penolakan Auryn. Namun dirinya dengan cepat memutar otak untuk mencari cara untuk menghilangkan badmood gadis itu. "Bagaimana kalau aku mengajakmu mencoba salah satu restoran barbeque yang baru buka di dekat sini."

"Terserah saja." Gumam Auryn.

Jackson mendengus seraya mencibir, "Wanita. Selalu saja terserah."

Alhasil Jackson tetap membawa Auryn ke restoran Barbeque yang dimaksudnya. Kalau memang gadis itu masih sakit hati, Jackson akan melemparkan lelucon seperti 'bayangkan wajah Mike di daging itu, lalu bakar dan makan'. Ide bagus!

Mobilnya berhenti setelah mendapatkan parkiran dan Auryn keluar tanpa kata-kata.

Jackson mengikutinya kemudian mendahului gadis itu untuk membuka pintu di hadapannya. "After you, Miss." Seperti seorang gentleman sejati, Jackson membungkuk kecil dengan sebelah tangan yang menyentuh dadanya ketika Auryn berjalan melaluinya sambil terkekeh kecil.

"Table for two, please." Ujar Jackson sebelum pelayan bertanya pada Auryn.

Kesigapan Jackson membuat Auryn sedikit terhibur. Mungkin karena Jackson terbiasa memperlakukan pacar-pacarnya dengan lembut dulu, jadi bersikap Gentleman seperti ini bukan hal sulit untuknya. Sedangkan Mike, Laki-laki itu terlalu kaku dan tergolong penuh perhitungan setiap bertindak. Tapi kenapa Auryn tidak bisa jatuh cinta pada Jackson, tetapi Mike?

"This way, Please." Pelayan itu mengisyaratkan mereka untuk mengikuti.

Auryn sudah akan melangkah ketika matanya menangkap sosok yang ia kenal di salah satu meja yang tersedia. Ia terkejut, tapi seharusnya ia berhenti dan menatapnya saja dari jauh, bukan mendekatinya seperti ini, kan? Auryn bahkan tidak peduli kalau Jackson tidak menyadari kepergiannya yang tidak searah itu.

Between the Line [#MFFS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang