24. a Sunset Date (3)

52.9K 4.8K 205
                                    

But darling, we found wonderland
You and I got lost in it
And we pretended it could last forever
- Wonderland, Taylor Swift

***

Auryn's POV

Aku pernah merasakan bahagia ketika merayakan ulang tahun kelimaku dengan tema Princess yang membuat Marvel dan Austin cemberut sepanjang acara karena tema Robot-robotan yang mereka inginkan tidak dilaksanakan.

Aku pernah merasakan bahagia menerima ponsel pertamaku, atau liburan pertamaku keluar negeri.

Aku pernah merasakan bahagia ketika aku masuk ke bangku Senior high school yang kuimpikan dengan nilai yang memuaskan untuk standar kepintaranku dibandingkan kedua kembaranku.

Aku pernah merasakan bahagia ketika Daddy menyetujui keinginanku untuk mengambil jurusan kedokteran dibangku perkuliahanku.

Aku pernah merasakan bahagia setiap kali lantunan pianoku berhasil memanggil seluruh penghuni rumah meninggalkan kegiatan mereka untuk berkumpul.

Tapi aku tidak pernah merasakan kebahagiaan ini.

Aku tidak pernah merasakan kebahagiaan hingga aku berharap waktu dapat berhenti detik ini juga hingga aku puas merasakan kebahagiaan itu.

Bahagia ini tidak seperti dulu saat kami bersama-sama menghabiskan waktu diteras rumah atau di bungalow. Bahagia ini tidak seperti dulu saat kami bermain hujan bersama dan mandi bersama berempat di taman rumah saat masih kecil, meski akhirnya aku dan Austin jatuh sakit karena kedinginan. Bahagia ini tidak seperti dulu saat kami berempat diam-diam keluar dari rumah dan pergi ke kafe terdekat begitu Mike mendapatkan ijin mengemudinya.

Dan bahagia ini... terlampau sederhana hanya dengan melihat tawa dan senyum Mike saat ini.

Perasaan hangat ketika melihat tawa Mike yang tecetak semenjak kami keluar dari wahana pertama hingga kami kembali berada di mobil saat sore menjelang.

Bukan hanya satu foto yang kami dapat, melainkan ada banyak foto lainnya. Baik disaat kami sadar kamera dan memasang wajah bodoh, atau disaat kami tidak sadar kamera dan nampak kebingungan mencari letak kamera di setiap wahana.

Dan bukan hanya satu penjaga yang mengira kami adalah sepasang kekasih, tapi ada banyak lagi yang mengomentari kedekatan kakak beradik kami sebagai interaksi manis.

Bahkan di depan wahana Shrek tadi, ada anak kecil yang mencolek kakiku dan membisikiku dengan kalimat yang spontan membuat wajahku memerah dan kehilangan kata untuk menjawab Mike ketika Mike bertanya "ada apa?" Kepadaku.

Seorang gadis kecil mencolek kakiku ketika kami sedang mengantri masuk wahana. Saat itu aku sedang tertawa melihat wajah lucu Mike yang kupaksa memakai bandana kuping Shrek.

Aku menoleh dan menunduk, menyamakan tinggiku dengan gadis kecil itu.

"Yes?" Tanyaku ramah.

Ia mendekat dan membisikiku, "Your Shrek is so handsome." Dan wajahku memerah, senyum di bibirku merekah.

Aku seharusnya mengatakan kalau Mike bukan Shrek-ku. Kata kepemilikan itu salah, tapi aku tidak berniat membenarkannya. Maka aku hanya bergumam terima kasih, memberinya sebutir permen yang baru kubeli dari saku celanaku, dan kembali menegakkan tubuhku tanpa mengurangi senyuman diwajah.

Between the Line [#MFFS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang