"Apa maksudmu Soph? Hei, listen, aku baik-baik saja-"
"No, you're not, Mike." Sanggah Sophie sambil menepis tangan Mike yang berusaha untuk menyentuh pipinya lagi. Ia takut kalau sentuhan Mike malah akan membuatnya berubah pikiran. Setidaknya keputusan ini adalah yang terbaik untuk semua pihak. Harus ada yang berkorban dalam hubungan yang rumit ini, dan Sophie memilih untuk mengorbankan perasaannya yang ia yakin tidak akan berbalas itu. "Kau yang harus mendengarkan aku, Mike."
"No, Soph... no..." Mike menggeleng. Ia menyandarkan keningnya di bahu Sophie sambil terus menggeleng. "Aku minta maaf karena aku belum bisa sepenuhnya menyediakan hatiku untukmu, tapi jangan pergi. Aku membutuhkanmu, Soph."
"Aku tidak pernah bilang akan meninggalkanmu, Mike. Aku akan tetap ada, disampingmu, sebagai seorang sahabat lagi." Sophie menelan ludahnya susah payah, sepenuh hati mengusahakan agar suaranya tidak bergetar dan memaksa tangannya yang terasa lemas untuk menepuk punggung Mike.
Mike masih tetap menggeleng.
Sophie tahu, Mike merasa tersesat tanpa arah. Tapi pada kenyataannya tidak.
Mike hanya perlu mengakui perasaannya, dan menerimanya. Tapi Mike terlalu takut untuk mengakui hal itu.
"All you need, is not me, Mike." Gumam Sophie. "It's Auryn, from the beginning, and it's always been Auryn that you need. Not me." Suara Sophie sedikit bergetar. Bohong kalau ia berkata dirinya baik-baik saja. Bohong kalau ia berkata dirinya tidak terluka. Bohong kalau ia tidak mengharap untuk menjadi seorang Auryn yang begitu berarti di mata Mike. "It's never been me." Sambungnya.
Mike hanya bisa menggeleng, ia tidak bisa menyanggah, tidak bisa juga menyangkal. Kalau ia melakukannya, ia hanya akan kembali berbohong, entah kepada dirinya sendiri atau kepada Sophie.
"Let's start everything from the beginning, Mike. Aku yang menjadi sahabatmu, dan kau yang mencintai Auryn."
Ucapan Sophie seakan berubah seperti tombak yang menusuk ulu hatinya. Ia bahkan tidak mau mengakui kalimat itu. Ia terus berlari dan menyangkalnya. Tapi Sophie dengan berani mengatakan kalimat itu kepadanya.
Mike menegakkan kepalanya, meninggalkan bahu Sophie dan ia menatap wajah Sophie yang penuh dengan kesedihan. Kesedihan yang telah ia berikan.
"Kembalilah mengejar mataharimu, Mike. Karena selamanya, aku tidak akan bisa menjadi matahari bagimu." Suara lembut penuh pengertian Sophie, menuturkan setiap kata yang ia ingin di pikirkan oleh Mike.
Kalau selamanya Bulan tidak akan memancarkan sinar hangat seperti matahari. Kalau Bulan tidak akan memiliki arti apapun tanpa cahaya Mahatari. Kalau Sophie akan selamanya tertutupi oleh pancaran pesona Auryn yang menyilaukan seorang Mike.
Mata Mike menandakan jutaan emosi yang menggelayutinya, namun tidak satu katapun dapat ia ucapkan selain memeluk gadis di hadapannya dengan erat dan kembali mengatakan kata yang selalu ia ucapkan. "I'm sorry."
*
Sudah hampir 1 minggu Auryn tidak beranjak dari kamarnya. Mengurung diri dalam kesedihan yang tidak bisa ia bagi ke siapapun.
Bahkan keluarganya juga pasrah karena Auryn tidak kunjung mau mengatakan alasan kesedihan dan kepulangannya tiba-tiba selain kalimat 'aku merindukan rumah'.
Pun dengan Kakeknya yang merasa bersalah dengan membiarkan gadis itu pergi tanpa keluarganya.
Dan Jackson? Masih berusaha mendapat kabar mengenai Auryn dari kedua saudara kembar gadis itu meski hanya nada kesinisan tanpa jawaban yang ia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between the Line [#MFFS 2]
RomancePart 8 Keatas di PRIVATE! Follow agar bisa terus membaca. terima kasih ^^ Apa yang bisa dilakukan kalau cinta datang tanpa pemberitahuan? Apa yang bisa dilakukan kalau laki-laki yang selama ini menjaga dan melindungimu, laki-laki yang merupaka...