46. Marriage.

53.6K 4.1K 146
                                    

"Kau terlihat bahagia." Auryn berkomentar saat tidak henti-hentinya melihat senyum diwajah kekasihnya sejak laki-laki itu datang menjemputnya di kampus.

"Karena aku memang sedang bahagia." Jawab Mike santai.

Auryn mengulum senyumnya dan mengangguk, "Kuharap aku alasanmu bahagia seperti ini." Pintanya sambil mengeratkan genggaman di jemari Mike.

"Kau selalu menjadi alasan utamaku."

"Not bad. Tapi rayuanmu terlalu pasaran." Goda Auryn sambil tertawa.

Mereka lalu tertawa bersama seraya melewati jalanan kota LA yang lumayan ramai.

Auryn berhasil meredakan tawanya terlebih dahulu kemudian ia berdeham sekali. "Mommy dan Daddy memintamu pulang, Mike." Mike menoleh sejenak, dan Auryn juga melakukan hal yang sama hingga mereka bertatapan selama beberapa detik. "Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi. Kami menerimamu, Mike. Terlebih lagi, kau kekasihku sekarang, kan? Kita juga akan menjadi keluarga yang sebenarnya nanti."

Mike terkekeh, "sudah berapa kali kau melamarku, Princess?"

Auryn berhenti berjalan dan mengerucutkan bibirnya. "Jadi kau tidak mau menikah denganku?"

Mike terbelalak dan kembali tertawa, namun sepertinya tawanya membuat Auryn bertambah kesal karena gadis itu sudah kembali berjalan melewati dirinya dengan langkah kesal.

Mike terpaksa mengejar langkah kekasihnya dan menghentikan gadis itu sebelum pikiran gadis itu berkeliaran bebas.

"Aku tidak pernah bilang kalau aku tidak akan menikahimu, kan?" Ucap Mike begitu ia berhasil berdiri di hadapan Auryn. Gadis itu masih membuang wajahnya, enggan menatap Mike. "Aku pasti akan menikahimu, aku yang akan melamarmu, tapi bukan sekarang."

"Lalu?" Auryn menatap Mike masih terlihat kesal.

Mike tersenyum dan mengelus rambut Auryn. "Dengar, menikah bukan hanya sekedar aku mencintaimu dan kau mencintaiku lalu kita bisa hidup bersama. Tapi menikah itu lebih dari itu semua." Auryn tidak terlihat akan membantah ucapan Mike, namun juga tidak terlihat puas dengan penjelasan Mike yang dirasanya menggantung. "Kau masih harus menyelesaikan kuliahmu, mengejar impianmu menjadi dokter, dan menikmati masa mudamu dengan teman-temanmu. Dan aku..." Mike meraih kedua tangan Auryn, mendekatkan wajahnya kesana dan mengecup perlahan kedua punggung tangan gadis itu. "Aku harus bekerja untuk menghidupimu dan anak-anak kita nantinya. Kau tidak akan bisa hidup kalau hanya memakan kalimat cinta dariku dan melihatku seharian, Ryn." Mike terkekeh dan mengacak rambut Auryn.

"Aku bisa..."

"Kau bisa masuk rumah sakit." Mike melanjutkan kata-kata Auryn dengan cepat. Gadis itu kembali memberengut namun tidak lagi mencoba menghindari Mike. "Aku mencintaimu, dan itu tidak pernah dan tidak akan pernah berubah. Kau dan kebahagiaanmu adalah prioritasku."

Gadis itu menabrakkan tubuhnya kepelukan Mike, memeluk laki-laki itu dengan erat dan enggan untuk melepaskannya walau hanya beberapa detik. "Kau milikku."

Mike terkekeh dan mengangguk. "Milikmu dan milik anak-anak kita nantinya." Tambah Mike.

"Tidak, kau tetap milikku seorang." Auryn membenamkan wajahnya di dada Mike seraya menyerukan kekeras kepalaannya.

"Dasar pencemburu." Sindir Mike sambil terkekeh.

"Aku tidak peduli." Sahut Auryn. "Aku jadi mulai berpikir untuk memiliki anak laki-laki saja dibandingkan perempuan. Jadi aku tidak perlu berbagi pelukan ini dengan mereka nantinya."

Mike mengangkat sebelah alisnya, "Kalau begitu, aku yang harus merasakan cemburu karena harus membagimu dengan mereka? Tidak adil." Protesku sambil tertawa.

Between the Line [#MFFS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang