21. Hard Decision!

47K 4.7K 133
                                    

"Kalian baru kembali?" Tanya Alceo begitu melihat kembarannya dan juga kakaknya masuk kedalam rumah secara bersamaan. "Eleanor bilang kalian sudah kembali dari tadi, kalian kemana?"

"Kafe di dekat sini. Berbincang." Jawab Austin sambil menyunggingkan senyum kearah Mike. Mike membalasnya dengan sebuah sunggingan dan anggukan.

Alceo menaikkan sebelah alisnya dan mengangguk. "Aku dan Auryn sudah makan terlebih dahulu. Kalau kalian mau makan, minta Eleanor untuk memanaskan sayurnya."

"Aku tidak lapar." Jawab Mike cepat. "Sepertinya aku ingin membaringkan tubuhku saja dikamar." Ia merentangkan tangan, meregangkan tubuhnya yang terasa kaku dan tersenyum kepada Austin. "Thanks for the Treat, Bro."

Austin membalas senyuman Mike dan mengangguk. "You're Welcome."

Mike berjalan melalui Alceo dan menepuk bahu laki-laki itu dua kali sambil menyunggingkan senyumnya dan berlalu meninggalkan Alceo dengan tanda tanya.

"Apa yang terjadi padanya?" Tanya Alceo ditujukan untuk kembarannya.

Austin menggidikkan bahu lalu menjawab, "bimbang memutuskan pilihan." Alceo mengernyit bingung, namun Austin tidak bermaksud menjelaskan lebih lagi mengingat bagaimana cara Kembarannya itu menyikapi masalah. "Lupakan. Aku mau mandi dulu. Badan dan pikiranku sudah sangat lelah seharian ini. Bye, Bro!"

Alceo kembali ditinggalkan Austin dengan tanda tanya yang bertambah. "Aneh sekali mereka." Gumam Alceo kemudian memutuskan untuk mengikuti saran Austin. Lupakan!

*

Malam yang semakin larut ditambah dirinya yang belum sepenuhnya beristirahat sejak pulang dari Cuba, tidak lantas membuat Mike terlelap dengan mudah.

Meski sudah merebahkan tubuhnya selama tiga jam lebih, mencari posisi nyaman agar ia segera terlelap, tapi Mike masih terjaga.

Percakapannya dengan Austin, masalah-masalah yang menderanya, dan juga perasaannya pada Auryn membuat kepalanya penuh dan tidak bisa beristirahat akibat terlalu sibuk memikirkan setiap masalah yang menderanya.

Maka begitu waktu menunjukan pukul 1 lewat tengah malam, Mike menyerah untuk memforsir tubuhnya untuk tidur. Ia bangkit dan duduk di sisi kasurnya, mengusap wajahnya dan menghela nafasnya lelah.

Ia tertawa lirih, menertawakan dirinya yang menyedihkan.

"Why am i even born?" Bisiknya lirih. Tangannya menekan pelipisnya kuat, menekan sumber sakit kepalanya berharap tekanannya dapat meredakan nyeri.

Merasa sia-sia, ia menghempaskan tangannya, dan ia berdiri, mengambil kaus oblong untuk menutupi dada telanjangnya dan berjalan keluar dari kamarnya.

Keheningan menyebar disepenjuru Mansion. Wajar saja karena memang waktu sudah menunjukan lewat tengah malam, dan besok mereka masih harus menjalani aktivitas masing-masing. Mungkin hanya Mike satu-satunya yang masih bangun sekarang.

Ia melangkah menuju ke dapur untuk mengambil segelas minuman segar melepas dahaganya. Matanya tidak lepas sari memandang kagum seluruh sudut Mansion, sedangkan kepalanya masih terus sibuk berpikir. Me-reka ulang kenangan demi kenangan yang ia lalui di setiap sudut Mansion ini bersama keluarga dan adik-adiknya.

Aku juga selalu berharap untuk menjadi bagian dari keluarga ini dalam artian sebenarnya. Batinnya. Bukan hanya sekedar anak angkat.

Ia meletakkan gelas kosongnya di meja pantri dan kembali menatap kesekeliling ruangan.

Kau akan tetap menjadi Tyler dan kembali menjadi kakak kami. Atau... Tinggalkan keluarga Tyler, dan lupakan semua tentang kami termasuk Auryn.

Between the Line [#MFFS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang