"Aku tidak sengaja mendengar percakapanmu dengan Mommy dan Daddy kemarin." Ucap Austin masih dengan suara dalam dan datarnya, mencoba untuk tenang sebisa mungkin. "Apa kau benar-benar bukan kakak kandung kami?"
Mike terdiam, dan masih terdiam saat pelayan meletakkan gelas pesanan mereka di atas meja, namun suasana di antara mereka sudah tidak sejenaka saat pelayan mencatat pesanan mereka tadi.
Begitu pelayan itu pergi, Austin kembali mengajukan pertanyaannya yang membuat Mike semakin terdiam.
"Kau mencintai Auryn, apa itu benar?"
***
"A-apa yang sedang kau bicarakan?" Mike terkekeh kecil, matanya menghindari tatapan mata menyelidik Austin yang tajam. "Tentu aku mencintainya. Aku juga mencintaimu dan Marvel, Mommy serta Daddy."
"Kau tentu tidak sebodoh itu untuk menyalah-artikan pertanyaanku, Mike. Kau tahu apa maksudku." Ucap Austin datar. Ia menatap Mike lurus sebelum kembali mengajukan pertanyaannya lagi. "Siapa kau sebenarnya?"
Mike masih terkekeh kecil, menatap gelas cokelat panasnya tanpa minat lagi.
Naif kalau Mike terus mengelak lagi pada kondisi seperti ini. Austin bukan tahu lebih cepat, melainkan dirinya yang terlambat menyadari hingga keadaan seperti ini -diserang tanpa tameng, dan menyerang tanpa senjata- terjadi.
Mike menghela nafas, mengusap wajahnya yang lelah terus menebarkan ekspresi kalau semua baik-baik saja, sebelum mengadah dan membalas tatapan Austin.
"Apa lagi yang harus kujawab kalau kau sudah tahu semuanya?" Tanya Mike pelan.
Pasrah, Sepertinya itu kata yang tepat untuk menggambarkan Mike sekarang. Ia memang sudah memasrahkan kalau Austin akan segera memberitahu Alceo dan juga Auryn mengenai dirinya. Dan ia juga hanya bisa pasrah sebelum bom waktu meledak menghancurkannya.
"Kau bukan kakak kandung kami?" Tanya Austin lagi.
Mike menunduk perlahan lalu menggeleng.
"Namamu berbeda bukan karena kau istimewa seperti apa yang selalu Mommy dan Daddy katakan?"
Mike kembali menggeleng.
"Dan kau sama sekali tidak pernah memberitahu kami mengenai ini semua?" Tuduh Austin, Mike spontan menegakkan kepalanya dan menggeleng tegas. "Kau bahkan masih berpura-pura bodoh saat kutanya tadi!"
"Aku tidak bermaksud merahasiakan ini, Austin. Aku tahu cepat atau lambat kalian harus tahu, tapi bukan sekarang... setidaknya hingga aku siap mengatakannya."
"Kapan tepatnya kau akan siap?" Tanya Austin defensif. "Sampai kau selesai memanfaatkan seluruh belas kasih Mommy dan Daddy?"
"Tidak, Austin! Aku sama sekali tidak memanfaatkan belas kasih mereka. Aku sangat menghormati mereka." Sanggah Mike cepat. "Aku menyayangi mereka seperti orangtuaku sendiri. Dan aku menyayangi kalian seperti adik-adikku sendiri. Aku yakin kau tidak tutup mata selama 19 tahun ini, Austin."
Austin mendengus dan terkekeh kecil, "Ya, benar. Aku tidak tutup mata. Mataku terbuka lebar untuk melihat bagaimana kau sangat menaruh perhatian lebih pada Auryn." Austin membungkukkan badannya kedepan, sebelum melanjutkan ucapannya. "Katakan sejujurnya. Kau juga yang membuat Auryn menangis sepulangnya dari Cuba, bukan?"
Itu bukan tuduhan karena memang Mike tahu, perannya sangat besar dalam membuat Auryn terluka sekembalinya dari Cuba. Keegoisannya melukai banyak pihak yang peduli padanya.
Mike sudah memutuskan untuk tidak kabur lagi. Dan ia membalas tatapan Austin, mengangguk pelan.
Austin memejamkan matanya, menarik nafas dalam, menghembuskannya seraya menghempaskan bahunya kembali ke senderan. Entah berapa macam kata makian ingin ia suarakan, namun ia tahan. Membuat saudarinya sedih adalah satu hal. Namun kenyataan akan siapa yang membuat saudarinya sedih adalah satu hal berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between the Line [#MFFS 2]
Storie d'amorePart 8 Keatas di PRIVATE! Follow agar bisa terus membaca. terima kasih ^^ Apa yang bisa dilakukan kalau cinta datang tanpa pemberitahuan? Apa yang bisa dilakukan kalau laki-laki yang selama ini menjaga dan melindungimu, laki-laki yang merupaka...