Mike menatap keluar jendela. Pikirannya bercabang antara fakta baru yang di terimanya, juga Auryn yang ternyata memang benar-benar marah terhadapnya.
Susu Cokelat yang selalu berhasil mendapatkan hati Auryn ketika merajuk itu ternyata tidak cukup. Auryn sama sekali tidak menyentuh gelas itu ketika Mike kembali ke atas.
Cairan itu masih penuh dan sudah berubah dingin akibat terlalu lama di biarkan di atas lantai.
Ponsel Alceo berbunyi, menyadarkan Mike dari lamunannya. Alceo menekan tombol hijau di setirnya dan suara Austin tersengar di dalam mobil.
"Kau dimana? Kenapa lama sekali?"
"Sebentar lagi." Jawab Alceo acuh.
"Kita menunggu di parkiran."
"Kita?" Gumamku spontan.
Jeda sejenak sebelum Austin menjawab, "hm... Aku dan Sophie."
"Sophie? Bagaimana kalian bisa-"
"Sudahlah. Kita menunggu." Panggilan langsung di putus tanpa menjawab pertanyaan Mike.
Mike nampak ingin bertanya lagi, namun karena panggilan sudaj terputus, Mike memilih menelan pertanyaannya.
Ia menoleh menatap Alceo dari samping dan berdeham. "Terima kasih sudah mengantarku pulang semalam."
Tubuh Alceo sedikit menegang, namun perubahan itu tidak terlihat oleh Mike.
"Kau tidak akan mengatakan terima kasih kalau tahu apa yang hampir dan telah kau lakukan kemarin." Sindir Alceo. Mike menoleh, namun dengan cepat Alceo melanjutkan perkataannya. "Jangan minta aku menjelaskannya. Aku tidak mau mengingatnya lagi. Kemarin... Adalah hari terburukku seumur hidup." Alceo bergidik.
Mike menggigit bibirnya, menimang sesuatu sebelum bertanya pada Alceo. "Lalu apa aku harus meminta maaf? Mendengar ucapanmu, sepertinya aku telah melakukan hal yang buruk padamu."
"Lebih dari buruk. Itu seperti kiamat! Kau hampir menamatkan riwayatku sebagai lelaki normal kalau saja aku tidak meninjumu yang akan menciumk-" Mike juga Alceo sama-sama terkejut. Alceo mengerang, "Arghhhh lupakan! Aku akan menganggapnya mimpi buruk!"
"Aku menciummu?" Mike nampak menghiraukan erangan Alceo, lebih tertarik akan hal yang baru di dengarnya. Apa aku seajaib itu ketika mabuk?
"Sudah ku katakan jangan membahas- kalau kau mengatakan ini pada orang lain, aku bersumpah tidak akan membantumu sama sekali." Alceo memperingatkan Mike yang sudah menahan tawanya. Terhibur melihat wajah memerah Alceo yang jarang sekali terjadi.
"Apa aku mengatakan hal aneh?" Tanya Mike ingin tahu. "Seperti kenapa aku ingin tiba-tiba menci-"
Tangan Alceo terulur langsung menutup mulut Mike, dengan sedikit kasar menghempaskan wajah Mike menjauh darinya sebagai reaksi kekesalannya.
Mike tidak tersinggung melainkan tertawa geli. Tidak peduli kalau tawanya membuat wajah Alceo semakin memerah siap meledak.
Begitu Mike berhasil mengontrol tawanya, keheningan kembali menyergap hingga menimbulkan suasana canggung tiba-tiba. Mike kemudian berdeham kecil seraya berkata dengan suaranya yang terdengar tulus. "Biarpun begitu, aku tetap mau berterima kasih karena telah membawaku pulang ke rumah, dan tidak meninggalkanku, Marvel. Terima kasih banyak."
Alceo menarik kecil sudut bibirnya, namun rasa gengsinya memaksanya tetap memasang wajah datar seraya bergumam kecil, nyaris seperti bisikan yang masih bisa ditangkap oleh Mike. "Aku juga tidak tahu kenapa mau direpotkan olehmu."
Mike menarik senyumnya, ia tahu kalau kalimat barusan hanya sarkasme Alceo yang tidak bisa berterus terang tanpa menghancurkan gengsinya. Kau tidak tahu, tapi hati nuranimu tahu alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between the Line [#MFFS 2]
RomancePart 8 Keatas di PRIVATE! Follow agar bisa terus membaca. terima kasih ^^ Apa yang bisa dilakukan kalau cinta datang tanpa pemberitahuan? Apa yang bisa dilakukan kalau laki-laki yang selama ini menjaga dan melindungimu, laki-laki yang merupaka...