Mike menghempaskan tubuhnya yang terasa lelah setelah berjalan-jalan seharian ke atas kursi kecil di depan meja kerja yang tersedia di kamar hotelnya.
Meski waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, tapi pekerjaannya baru akan benar-benar selesai kalau ia sudah memindahkan seluruh hasil fotonya hari ini kedalam Laptop agar besok ia bisa kembali berburu foto dengan memori yang kosong.
Hari ini memang cukup melelahkan bagi Mike. Apalagi disaat rekan-rekan fotografinya memaksa ia dan Sophie untuk mengabadikan foto mesra sebagai kenang-kenangan untuk hari pernikahan mereka nanti.
Pfft... Pernikahan. Batin Mike sambil tersenyum getir.
Pintu kamarnya di ketuk membuyarkan lamunan Mike dalam sekejap. Mike melangkah untuk membuka pintu itu meski bokong dan punggungnya masih belum rela melepas kursi yang menopang rasa lelahnya itu.
"Hai." Sapa Sophie begitu pintu terbuka. "Ponselmu masih tertinggal di tasku. Aku kesini untuk mengantarnya."
Mike tersenyum dan melebarkan pintu kamarnya, "masuklah."
Sophie tersenyum dan melangkah melalui Mike yang masih menahan pintu agar ia bisa masuk kedalam. "Sedang memindahkan foto-foto hari ini?" Tanya Sophie saat matanya melirik kearah meja yang cukup berantakan.
"Lebih tepatnya sedang mengumpulkan sisa energi untuk memindahkannya." Koreksi Mike sambil kembali merentangkan tubuh di atas kursi yang tadi ia tinggalkan.
Sophie sendiri mengambil tempat duduk di sisi ranjang Mike sambil terkekeh geli.
"We should tell them, you know?" Ucap Sophie.
Mike yang tadinya memejamkan mata, membuka celah kecil agar bisa melihat ekspresi Sophie saat mengatakan kalimat itu. "Tell what?"
"About us." Jawab Sophie. "Kita tidak bisa terus berpura-pura dan menuruti perkataan mereka untuk melakukan foto mesra seperti tadi, Mike. It's kind of..." Sophie tidak melanjutkan ucapannya, ia malah tertawa. "You know, terasa jahat karena sudah membiarkan mereka salah paham."
Mike menegakkan tubuhnya dari sandaran kursi dan tersenyum kecil, "well, maybe we no need to feel guilty if you just give me a straight answer to my question last week."
Sophie terkekeh dan menggeleng. "Kau tahu aku tidak bisa menjawabnya secepat itu, Mike. Masih banyak pertimbangan yang harus ku pikirkan."
"Pertimbangan apa lagi? Aku kira kebersamaan kita selama 5 tahun sudah cukup menjadi dasar."
"Kau. Aku mempertimbangkan perasaanmu." Potong Sophie cepat. Ia merunduk menatap jemari kakinya yang bergerak ke kanan dan kekiri seakan mengisyaratkan kegugupannya sekarang. "5 tahun bersama, dan aku sudah cukup mengenalmu, Mike. Dan aku tahu kalau hati dan pikiranmu tidak sepenuhnya milikku."
Mike hanya diam. Tidak ada kalimat pembelaan atau penyangkalan.
"It's hard sometimes for me, you know?" Ucap Sophie.
"If you just give me an answer, it won't be hard anymore, Soph. I Promise." Cicit Mike. Ia sendiri tidak yakin atas ucapannya yang tidak akan membuat Sophie merasa kesusahan lagi atas diri dan perasaannya.
"Kau tidak akan mengerti." Balas Sophie telak. "Kau tahu? Aku terkadang iri melihat Auryn. Bagaimana gadis manis itu bisa memiliki 3/4 bagian dari hati dan pikiran laki-laki yang sekarang ini menjadi kekasihku."
"Soph..."
"Apa kau tahu kalau apa yang kau lakukan sekarang hanya kabur dari masalah?" Tanya Sophie sambil menatap lurus ke manik mata Mike. "Bukan mengurangi, tapi kau malah menambah keruh masalah yang sudah ada, Mike."
KAMU SEDANG MEMBACA
Between the Line [#MFFS 2]
RomancePart 8 Keatas di PRIVATE! Follow agar bisa terus membaca. terima kasih ^^ Apa yang bisa dilakukan kalau cinta datang tanpa pemberitahuan? Apa yang bisa dilakukan kalau laki-laki yang selama ini menjaga dan melindungimu, laki-laki yang merupaka...