22. a Sunset Date. (1)

47.7K 4.7K 93
                                    

"Selamat pagi semuanya!" Seru suara riang Auryn yang baru saja memasuki ruang makan dengan senyum lebarnya. Tidak terlihat kalau kemarin ia baru saja mengalami kegalauan tingkat akut dan juga tidur kurang dari 4 jam pagi itu.

"Selamat pagi." Sahut seluruh manusia yang sudah berkumpul di ruang makan serempak.

Auryn berjalan menghampiri Keira dan Nicholas, memberikan kecupan di pipi kedua orangtuanya dan disambung dengan kecupan kepada seluruh saudaranya termasuk Mike yang langsung mendapat tatapan selidik dari Austin.

Mike hanya menyunggingkan senyum membalas tatapan mata Austin dan melanjutkan sarapannya.

"Masih pagi, Princessnya Daddy sudah Rapi sekali? Mau kemana, hm?"

Auryn mengambil satu tempat duduk kosong di samping Keira, berhadapan langsung dengan Alceo yang duduk di sebelah Mike.

Auryn melirik kearah Mike sebelum membalik piring kosong di depannya dan meraih roti tawar sambil tersenyum.

"Mike mau mengajakku ke pantai hari ini." Jawab Auryn masih dengan semangatnya.

Austin melirik kearah Mike yang memasang senyum kecilnya kemudian kembali menatap Auryn.

"Pantai di musim semi?" Tanya Alceo mewakili Austin. "Kau yakin tidak akan kedinginan?" Tanyanya.

"Apa gunanya jaket kalau tidak dipergunakan di saat seperti ini, Marvel?" Auryn memutar matanya dan menjawab Alceo dengan nada malas. "Jangan mengacaukan Mood-ku pagi ini, Marvel." Desisnya.

Alceo mengangguk mengerti dan kembali melanjutkan sarapannya.

"Jadi, kapan kau akan mulai bekerja, Mike?" Tanya Nicholas membuka pembicaraan.

Mike mengalihkan tatapannya dari piring sarapannya ke arah ayahnya yang berada di ujung meja makan.

"Tanggal resminya minggu depan, Dad." Mengucapkan kata itu seakan sepertu duri yang menusuk tenggorokannya. Ia melirik kearah Austin yang nampak kembali santai menyantap sarapannya sebelum kembali menatap Nicholas dan melanjutkan ucapannya. "Tapi besok aku akan mulai ke Kantor untuk melakukan briefing dan pengenalan terhadap lingkungan pekerjaanku."

Nicholas mengangguk, "apa ada yang kau butuhkan lagi? Apa kau membutuhkan kamera baru? Atau lensa baru? Katakan saja, Dad akan membelikannya. Anggap saja sebagai tanda ucapan selamat Daddy atas pekerjaan barumu."

Mike menggeleng dengan cepat. "Tidak, Dad. Terima kasih, tapi tidak perlu. Sungguh." Tolak Mike.

"Tidak perlu sunkan, Mike. Mommy dan Daddy merasa perlu memberimu sesuatu sebagai ucapan selamat kami." Ucap Keira sambil tersenyum.

"Benar! Mike perlu apa? Auryn juga ingin memberikan sesuatu sebagai ucapan selamat." Timpal Auryn masih bersemangat.

Mike tersenyum kecil, menggigit bibir bawahnya dan sesekali melirik Austin yang seperti tidak mendengar percakapan yang sedang terjadi.

"Tidak ada. Kantor Paman Darren sudah menyiapkan segala macam hal yang aku perlukan dalam dunia jurnalistik nanti." Terang Mike. Ia memasukkan potongan roti bakarnya kedalam mulut sambil kembali menatap keluarganya. "Tapi terima kasih atas perhatian kalian." Mike kembali terkekeh ketika Nicholas, Keira dan Auryn memilih untuk menghela nafasnya mengalah.

Mike selesai menyantap sarapannya, ia lalu berdiri terlebih dahulu. "Panggil aku kalau sudah selesai, Ryn. Ada yang harus kubereskan sebentar. Aku ke kamar dulu ya, Mom, Dad." Pamit Mike tanpa menunggu jawaban, ia langsung berbalik meninggalkan kursinya.

"Apa hanya aku, atau Mike memang terlihat tidak seperti biasanya?" Tanya Alceo begitu Mike sudah tidak lagi terlihat dari tempatnya.

Auryn menaikkan Alis, Austin hanya melirik sebentar sebelum kembali melanjutkan sarapannya, sedangkan Nicholas dan Keira hanya saling tatap dan menyunggingkan senyum kecil.

Between the Line [#MFFS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang