27. (un)Expected. (1)

43.9K 4.4K 74
                                    

"Selamat pagi Mr.Tyler."

"Selamat pagi, Angeline." Sapa Nicholas begitu ia hampir melewati meja Angeline, Sekretarisnya. "Apa jadwal saya hari ini? Dan tolong alihkan Meeting dengan wakil direksi cabang London kepada Alceo. Saya ingin menemani Istri saya memenuhi undangannya sore nanti. Saya yakin anak itu sudah mengerti bagaimana menghadapi perwakilan cabang dan masalah-masalahnya."

Angeline mengangguk mengerti sambil mencatata apa yang perlu ia kerjakan di atas memo. Namun begitu Nicholas hendak kembali berjalan memasuki ruangannya, Angeline menghentikan langkah Nicholas dengan satu panggilan.

"Sir!" Suaranya sedikit lebih tinggi dari yang ia harapkan. Nicholas berbalik sebelum ia sempat membuka pintu di hadapannya.

"Ada apa lagi, Angeline?" Tanya Nicholas dengan senyum ramahnya yang biasa.

"Ada yang ingin bertemu dengan anda, Sir."

Nicholas mengernyit, "Siapa? Sepagi ini?"

Angeline mengangguk, "ia sudah menunggu di ruang rapat Jade sejak beberapa menit yang lalu. Dan saya rasa... anda perlu menemuinya."

Nicholas semakin mengernyit melihat keraguan di mata Angeline. Ia seakan sedang menyimpan sesuatu yang cukup sulit untuk ia katakan sendiri.

"Baiklah, biarkan ia datang di ruangan saya. Saya masih harus menyiapkan berkas untuk rapat Alceo siang nanti." Ucap Nicholas yang dijawab anggukan kecil Angeline tanpa berani menatap mata laki-laki itu. Kemudian Nicholas kembali masuk keruangannya dengan tanda tanya yang besar atas perubahan sikap Angeline.

Nicholas baru duduk di kursi kebesarannya dan berkutat dengan kertas-kertas laporan dari perusahaan cabang selama beberapa menit sebelum pintu ruangannya di ketuk, dan Angeline masuk dengan wajah pucat tanpa berani menatap mata Nicholas lebih lama.

"Permisi, Sir. Saya mengantarkan..."

"Well... well... well... Hello, Mr.Tyler. It was nice to finally seeing you!." Sela seorang wanita yang sudah berdiri di belakang Angeline, menyela ucapan Angeline sebelum wanita itu sempat menyelesaikan ucapannya. "I never thought that i'll be able to come here." Ia tersenyum miring, sebuah senyuman yang Nicholas kenali.

Nicholas tidak pernah suka dengan perasaan ini disaat ia harus menebak-nebak akan masalah apa yang akan timbul sebentar lagi.

*

Menjadi anak dari pemilik perusahaan besar menyenangkan? Tidak. Mendapat banyak keuntungan dan fasilitas mewah? Well... terkadang. Tapi bagi Alceo, Fasilitas mewah dan keuntungan yang biasa anak-anak orang kaya dapatkan secara cuma-cuma dan hanya tinggal duduk menggoyangkan kaki tanpa perlu bekerja itu hanya ada di drama-drama.

Buktinya, meski ia adalah anak dari salah satu dari 10 orang berpengaruh di dunia ini, ia tidak serta merta mendapat fasilitas mewah itu tanpa diikuti kata tanggung jawab di belakangnya.

Bukan hanya itu. Ia pikir meskipun ia harus bekerja di perusahaan ayahnya, Ia bisa mendapat jabatan yang lebih layak lagi dari hanya sekedar Asisten Manager Marketing. Bukan General Manager, bukan Manager, melainkan Asisten.

Dan yang lebih menyebalkannya lagi, Posisi Asisten Manager Marketing itu hanya ilusi belaka, karena tanggung jawabnya bukan hanya membantu keperluan Manager Marketing itu sendiri, melainkan merangkap untuk melakukan pekerjaan apapun yang kantor ini perlukan, atau lebih tepatnya, ia harus siap menjadi apapun yang Ayahnya perlukan. Bisa menjadi cleaning service, Asisten HRD, penasihat keuangan, asisten pemasaran, sales, dan juga asisten Direktur dalam Meeting penting.

Kalau kata ayahnya, ini agar ia maupun Austin dapat mempelajari apa saja yang kantor ini kerjakan dan miliki sebelum menyerahkan kursi utama pada mereka nanti.

Between the Line [#MFFS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang