50. Misery (1)

42.4K 4.3K 154
                                    

Memilih menjauh dari Auryn tentu bukan pilihan yang mudah untuk Mike. Ia yakin kalau Auryn kali ini tidak akan semudah itu memaafkannya setelah tiga hari mendiamkan setiap panggilan, maupun pesan masuk dari Auryn. Ia bahkan sengaja meminta Kantornya untuk mengalihkan telepon untuknya, dan juga meminta untuk melakukan pekerjaannya dari rumah.

Rumah yang mulai diragukan keberadaannya oleh Mike yang membuatnya dengan yakin mengajukan permintaan pengecekkan DNA di salah satu rumah sakit.

Ia terlihat semakin dingin terhadap ibunya setelah perkenalannya dengan Auryn. Terutama saat laporan-laporan penggunaan kartu kreditnya yang berasal dari butik-butik ternama. Mike tidak lagi tahu apa yang seharusnya ia rasakan sekarang.

Kenyataan kalau Harta keluarga Tyler yang memang diincar oleh Ibunya membuat hatinya sakit. Pikiran kalau Ibunya kembali hanya karena dirinya adalah bagian dari keluarga Tyler, bukan karena Ibunya menyesal semakin menyesakkan dadanya. Kalau memang hasil tes DNA itu menunjukan Monster itu adalah Ibu kandungnya, maka Ia tidak memiliki pilihan lain selain melindungi Tyler dengan menjauhkan Monster itu dari mereka. Meski dirinya sendiri harus terluka karenanya.

Dirinya tidak bisa dikatakan dalam keadaan baik. Ia ingin menemui Auryn, memeluknya, membalas seluruh pesannya, mendengar suaranya, tapi Mike takut kalau hal ini akan semakin berat untuk di tinggalkan kalau saja Hasil tes itu adalah positif. Kalau memang begitu, itu artinya ia harus melukai Auryn 2x lebih banyak. Jadi lebih baik begini... biarkan dirinya menderita menahan rasa rindu juga penyesalannya. Karena Mike yakin kalau Austin juga Alceo akan memastikan Auryn baik-baik saja.

Malam itu, hari ke 4 Mike memutuskan untuk mematikan total ponselnya agar pendiriannya tidak goyah sebelum ia mendapatkan hasil tes yang akan keluar paling tidak 1 hingga 2 minggu kedepan, Mike pergi ke salah satu kawasan penjual makanan yang lumayan terkenal di LA karena menyediakan makanan dari berbagai daerah bahkan negara, untuk mengisi perutnya yang kosong.

Memang sudah kebiasaannya untuk membeli makanan siap santap selama ini. Ia tidak begitu pandai memasak, dan lagi pula rumahnya tidak memiliki kelengkapan itu selain untuk memasak air.

Disaat dirinya sedang memilih makanan apa yang harus ia konsumsi malam ini, Ia bertemu secara tidak di sengaja dengan Sophie, mantan kekasihnya yang sudah lama tidak bertukar kabar.

"Kau terlihat kacau, Mike." Komentar Sophie sambil tersenyum ditengah aktivitasnya menyantap paella.

"Kau terlihat baik-baik saja." Balas Mike sambil tertawa kecil. "Bisa ku pastikan kalau kau tidak menyesal telah berpisah dariku."

Sophie menopang dagu sambil memperhatikan Mike dengan seksama, "jangan katakan kau begini karena berpisah dariku?" Goda Sophie membuat Mike tergelak.

"Maaf mengecewakanmu, tapi bukan." Jawab Mike terang-terangan.

Sophie meringis, "kau seharusnya berpikir sebentar sebelum menjawabnya." Ia terkekeh dan kembali melahap Paellanya, sebelum melanjutkan lagi. "Menyesalpun kau sudah terlambat."

Mike terbelalak. Ia mengalihkan tatapannya dari risotto di hadapannya kearah Sophie yang sedang menyunggingkan senyumnya seakan meminta penjelasan atas keterlambatan informasi yang ia dapatkan.

"Marco and i... we're Dating." Seakan tahu maksud tatapan Mike, Sophie menjawab dengan wajah tersipu.

"Shut... Up!" Mike menganga kemudian tertawa. "Oh my god! Sejak kapan?? Aku sepertinya tertinggal terlalu banyak cerita."

Sophie tertawa dan menegak minumannya, "Belum lama. Marco mengatakan kalau dia sudah memiliki perasaan padaku sejak aku bergabung di Klub fotografi. Tapi ia baru yakin akan perasaannya ketika kita melakukan perjalanan ke Hawaii dulu. Tapi saat itu kita masih bersama, jadi..."

Between the Line [#MFFS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang