[4] Perjodohan?

45.3K 2.2K 35
                                    

"Gila. Ini semua stand up comedy apa, ya?"


DAREL
______________

Denting jam terus berdetak. Sedang ritme angin malam yang mulai dingin menusuk pun, sama sekali tak mampu membuat sosok gadis berpipi chubby tersebut, beralih dari sebuah kenyataan yang ia yakini adalah berita yang paling menyeramkan sepanjang usia tujuh belas tahun hidupnya.

Oh, my, God....

Velin mematung. Benar. Gadis yang kini tenggorokannya terasa kering mendengar penjelasan dari mamah dan papa kesayangannya itu adalah, Velin Gledya Ranuar. Jam sudah menunjukkan tepat pukul sepuluh malam.

Harusnya, Velin sudah mengantuk. Harusnya, Velin kesal, karena kedua orangtuanya meminta untuk berkumpul diruang keluarga ketimbang ia menghabiskan waktu belajar di kamar.

Tapi, apa ini?

Jantung Velin berdebar kacau dan, ntah sudah ke berapa kali pusing di kepalanya berlarian. Lelaki gila bin sinting itu baru saja pergi... pergi dengan tatapan intens dan senyum miring kemenangannya. Sialan. Bahkan tak cukup sampai disitu. Alien tersebut juga berjanji akan menjemput dan mengantarnya pulang sekolah setiap hari.

Huaaaaa... astaga!!! Demi dewa neptunus yang bertapa dalam nanas spongebob!

"Mah...." Lirih Velin berusaha bersuara. Tenggorakannya, benar-benar terasa tercekat. "Kamu tenang aja sayang. Darel itu anak baik-baik, lhoo. Sudah begitu, ganteng cam bintang hollywood pula. Pinter jenius kek brainly, tambahan. Dan yang terpenting, anak dari sahabatnya papahmu yang cakep ini." Mamah menekankan kalimat terakhir dengan wajah bangga gak ketulungan. Velin berekspresi datar sambil menyahut jengkel dalam hati, "alay."

Papah yang ditanya mamah, hanya balas terkekeh. Kemudian mengelus kepala Velin yang duduk di antara keduanya dengan singkat. "Gimana? Akhirnya... putri bungsu papah ini lepas dari predikat jomblonya." Ucap papah menahan tawa. Velin seketika merengek. Berdiri dengan dada yang membuncah sesak dan berseru kesal, "TAPI GAK HARUS TUNANGAN JUGA KALI MAH, PAH! HUAAAA VELIN GAK SENGENES ITU! APA IYA MASIH ADA PERJODOHAN DI JAMAN MILENIAL KEK GINI!?"

**

Satu hal yang pasti.

Hidup Velin perlahan dengan pasti, berubah drastis semenjak perjodohan abu-abu itu, berjalan. Abu-abu?

Ya! karena ini gak jelas! Gak jelas banget!

Ibarat mau mandi tapi airnya itu donat gula. Lah, iya. Gak jelas 'kan? Emang! Ya, gitu!

Inti dari segala ocehan menyebalkan mamah dan papah tentang lelaki sok ganteng itu adalah bahwa, ia dan Darel sudah dijodohkan. Pak Wira. Itu nama dari ayah Darel. Untuk menguatkan tali persahabatan. Itu alasannya. Oksip. Ini lagi stand up comedy apa, ya?

Dan Velin, benci! Benar-benar benci semua ini! Ia mau kehidupannya yang dulu! Kehidupan bebasnya. Yang bahagia seperti spongebob dan patrick yang tengah berlarian di padang ubur-ubur dengan wajah ha ha he he.

And of course, lelaki itu, perlahan menunjukkan wajah aslinya. Pengekang! Satpol pp pun kalah darinya. Tak hanya merebut ciuman di area wajahnya tanpa permisi, Darel juga hampir merebut semua kesenangannya. Bayangkan saja, dia selalu marah-marah tidak jelas kalau Velin tidak menuruti kemauannya.

Darel maunya, Velin selalu bersamanya.

Jika Velin berangkat sekolah atau pulang sekolah tanpa menunggu sosok Darel, Darel pasti akan meneleponnya, bahkan pernah hingga mencapai angka tiga puluh kali. Fix, Darel adalah pasien rumah sakit jiwa yang kabur.

DAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang