[25] Semakin Sengit

14.8K 829 31
                                    

"Gue gak pernah main-main dalam ngeraih semua impian gue."

-Velin-

My Possesive Boy Idol!
---------------------------

Semangat, dek....

Semangat gadis kecilku....

Jangan pikirin sakitnya gue.

Abaikan aja.

Ini salah gue kok.

Maaf....

Maaf, karena udah melebihi rasa persaudaraan kita selama ini.

Dek....

Sekali lagi, maaf.

Lo tau 'kan perasaan gak bisa dikendaliin?

Kalo gue jatuh cintanya ama lo, ya, gimana?

Tapi, yaudah, lupain. Ha ha.

Gue fine kok.

Selama gue masih bisa liat lo senyum...  it's okay.

Ah! Satu lagi....

Ini, gak bakal bisa ilang walau suatu saat nanti gue bakal move on dari lo. Ha ha.

Gua sayang lo, dek.

Gue... sayang lo, Velin.

**

Farhanz, tersenyum tipis menyadari tatapan Velin yang tertuju padanya. Samar ia lihat atau hanya perasaannya saja... ekspresi Velin berubah sendu. Kedua bola matanya menyanyikan melodi sedih. Debar jantung Farhanz menjadi dua kali lipat dari biasanya.

Ah! Ia lupa. Ia 'kan, belum move on. Jadi, jangan salahkan ia jika jantung ini masih berdegup tak wajar jika melihat wajah Velin. Farhanz membuang muka secepat mungkin. Memutus kontak mata diantara mereka. Ada rasa sakit yang sesaat meninju ulu hatinya. Sorak-soraka ramai yang mengerubungi Farhanz, seolah padam tak terlihat. Farhanz seolah jatuh pada kesakitannya sendiri.

Astaga... kenapa gue jadi lebay begini?

Kembali ia alihkan pandangan pada Velin yang berada di atas panggung sana. Lalu, tatapanya lebih terfokus pada kekasih Velin. Darel. Lelaki itu begitu intens memperhatikan setiap gerak-gerik Velin sedari tadi. Seolah titik fokusnya hanya ada pada wanita itu. Kedua bola mata tajamnya dengan setia mengawasi dan sesekali tertawa atau mengajak Velin menanggapi obrolannya. Ah, ntahlah.

Andai gue juga bisa gitu....

Ah, sudahlah. Velin bahagia 'kan.

Farhanz lekas membalikkan badan. Meninggalkan sorakkan ramai yang terasa memekikkan kedua telinganya. Apalagi saat mereka menyorakki sepasang couple yang telah melegenda di Binusvi itu.

Hay, Farhanz memang sudah dewasa.

Tapi ketahuilah.

We were just kids when we fell in love....

**

"Eh? Mau bolos ya lo?"

Nada curiga bercampur kepolosan itu menghentikan langkah kaki Farhanz. "Ngaku lo! Astaga kakel kok gini amet ya!? Gak patut ditiru!!" Alis Farhanz terpaut menyatu. Heran.

DAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang