[39] Berat

11.9K 792 69
                                    

"Untuk malam ini saja, aku ingin jujur pada diriku sendiri. Aku... rindu kamu."

-Velin-

Prananta's Series
----------------------

"Aaaaaaaa!!!"

"Velin! Sayang! Kamu kenapa!?"

Tidak. Tidak mungkin. Tidak.

Keringat dingin Velim bercucuran. Ia, terbangun dari tidurnya dengan napas tersenggal-senggal. Ia lihat ke arah Ergan yang begitu terkejut mendengar teriakannya. Ergan segera merangkul Velin dengan erat. "Kamu mimpi buruk, ya?" Velin tak bisa berkata apapun. Untuk sekedar berbicara pun, bibirnya terasa kelu. Kedua mata Velin terpejam frustasi.

Oh ya Tuhan... malam tadi, rasanya begitu nyata. Pria itu. Dia ada. Dia masih ada. Dia nyata. "Hiks...  hiks.... " Velin menutup wajahnya secepat mungkin. Velin menangis. Ia malu. Ia tak bisa menahan ketakutannya sekaligus perasaan aneh akan peristiwa semalam. Jika dikatakan mimpi... benarkah?

Tapi... tapi....

"Nah 'kan, kamu pasti mimpi buruk." Ergan mendesah pelan dan mengelus pucuk kepala Velin. "Hiks, Ergan ... aku takut. Aku ..." Ergan mengelus punggung Velin lembut berusaha menenangkannya. "Syssst... udah. Tenangin dulu diri kamu, ya? Hari ini gak usah turun sekolah. Tadi aku sengaja datang subuh-subuh ke sini. Sekalian mau buatin kamu sarapan. Tapi eh, kamunya tidur. Yaudah, aku tungguin. Pas mau ngebangunin kamu, kamunya tiba-tiba teriak." Jelas Ergan panjang lebar dengan sorot mata khawatir.

Velin meneguk saliva susah payah. Merasa tidak enak dengan semua kebaikan Ergan. Ia hanya benalu. Benar. Velin benalu. "Ergan... aku ngerepotin hidup kamu, ya?" Tanya Velin lirih sambil menghapus sisa-sisa air matanya. Dasar cengeng. Ergan menggeleng cepat, "Gak kok. Gak sama sekali. Jangan bilang yang aneh-aneh deh."

"Sekarang, kamu istirahat ya," sambung Ergan.

"Gak mau. Aku mau turun sekolah!" Jawab Velin nyaris berteriak. Ergan sampai tersentak. "Sorry. Maksudku, aku... gak mau ketinggalan pelajaran sekolah Ergan. Lagipula itu cuma mimpi buruk, ya 'kan?" Velin mengguncang-guncang lengan Ergan. Membujuknya agar memperbolehkan Velin turun sekolah. Tidak. Velin tidak ingin Ergan pergi ke sekolah dan ia, sendirian lagi. Di rumah ini.

Lebih tepatnya, Velin berharap semua yang terjadi semalam hanyalah, ilusi. "Yakin? Nanti kalo apa-apa gimana, sayang?"

"Aku yakin! Aku sehat banget nih. Kamunya aja lebay! Udah ah, aku mau mandi dulu!" Velin segera ngacir menuju kamar mandi. Sempat diliriknya wajah Ergan yang meringis kemudian geleng-geleng kepala seolah memaklumi sikap Velin. "Ergan! Ini jam berapa!?" Seru Velin nyaring seperti toa dari dalam kamar mandi. Suaranya seketika bagaikan gema.

"Jam delapan sayang!"

"Gue bunuh lo kalo beneran!"

Ergan terkekeh pelan.

**

Kali ini, Velin beristirahat dengan Fasya, teman sekelasnya yang bergaya kalem dan murah senyum. "Velin, temeni gue ke ruang olahraga bentar, yok! Mau ambil kaus gue yang ketinggalan ni!" Ujar Fasya dengan suara lembutnya yang panik. "Ok, ok. Tapi habis itu, tetap ke kantin ya!" Jawab Velin enteng. "Ck, pastilah. Dasar, ha ha. Ayok dah Velin!" Fasya menarik lengan kanan Velin. Bergegas menuju ruang olahraga. Velin pasrah dibawanya.

Setibanya di depan ruang olahraga, Velin memutuskan untuk menunggu Fasya di depan pintu ruang tersebut. Pengap. Dan Velin, malas. Fasya sempat merengut asam karena Velin tidak mau ikut masuk. Velin berkata, nanti kalau ia tiba-tiba benge' gimana? Fasya langsung khawatir dan memberanikan diri masuk sendiri. Ha ha. Velin tidak jahat kok, sumpah. 'Kan, kalau itu benar-benar terjadi gimana?

DAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang