"Tapi haruskah seperti ini caramu mencintaiku?"
-Velin-
Prananta's Series
----------------------Velin menolak.
"Mengapa Velin? Aku sudah bilang aku tidak mau mendengar kata penolakan!" Darel menggenggam erat pistolnya hingga urat-urat tangannya tercetak jelas. Velin segera bangkit berdiri. Menghapus kasar air matanya yang tak sanggup lagi ia tahan dan menenangkan degup jantungnya yang terasa akan meledak. Velin menatap Darel dingin.
Apa yang sebenarnya ia pikirkan?
Mengapa ia begitu bodoh?
"Apa... kau tidak mencintaiku?" Tanya Darel parau sambil memandang hampa pohon jacaranda di hadapannya. Ia menggeram. "Ha ha ha... sudah kuduga. Aku bukan apa-apa bagimu, ya? Kau membantuku hanya karena kasihan," Darel tertawa kosong. Kedua telinganya memerah, tanda ia sedang menahan amarah besar. Darel bahkan tak sanggup memandang wajah Velin.
"Dasar bodoh," lirih Velin sambil menguncir rambutnya yang tergerai. Velin berjongkok, mengangkat dagu Darel, lalu menatapnya tajam namun sendu. "Aku mencintaimu. Tapi bukan ini tujuanku. Darel aku... hanya belum siap. Ingat misimu sayang! Kita partner! Aku bukan menolakmu. Tapi aku menundanya. Aku membantumu bukan karena kasihan tapi karena aku adalah payangmu dikala hujan. Jadi...." Velin menghela napas. Darel memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan,"jadi tolong... aku ingin mengutamakanmu. Aku ingin semua kegilaan ini tuntas. Setelah itu, kita bisa menikah dengan tenang, dengan bahagia, ya?" Velin elus rahang Darel yang kokoh. Kemudian berganti pada alis dan bulu matanya yang menghangatkan hati Velin.
Darel sangat tampan.
Ia bak dewa yunani.
Ia memiliki sejuta pesona yang tak dapat Velin tolak.
Darel adalah salah satu karya Tuhan yang mendekati kata 'sempurna'.
Tidak ada alasan untuk menolaknya.
Tapi pernikahan... itu bukan permainan. Velin bahkan tidak pernah berpikir Darel akan melamarnya dalam waktu secepat ini. Darel menghela napas berat. Kelihatannya ia sangat terpukul. Velin merasa begitu jahat. Tapi ia tak boleh lemah. Maksudnya, bukankah misi utama mereka untuk mencari pembunuh Mom-nya Darel? Velin bukan tidak mau menikah dengannya. Velin hanya merasa ada hal yang jauh lebih penting untuk dilaksanakan terlebih dahulu.
Darel tiba-tiba tertawa lagi. Tapi ia tidak cukup bodoh untuk mengartikan bahwa tawa itu sarat akan luka. Ayolah, ini semua begitu mengejutkan Velin. Ini... ini bukanlah seperti yang Velin bayangkan. Darel melamarnya dalam keadaan berbahaya saat di negeri asing? Apa ia bodoh? Mengapa harus sekarang? Tidakkah ini terlalu cepat? "Ayo kita ke hotel," ucap Darel beberapa saat kemudian. Darel tak mau memandang wajah Velin. Ia memberikan pistol yang digenggamnya itu pada Velin tanpa melirik Velin sedikitpun.
"Ambil ini. Walaupun kau menolak, setidaknya jangan buang cincin itu." Velin hanya menghela napas. Menatap cincin berlian putih yang amat cantik itu. Masih setia berada pada lubang pistol. Velin tersenyum sedih.
Iya Darel, aku akan segera menerima lamaranmu. Tapi bukan ini saatnya, Love.
Sepanjang perjalanan menuju hotel hingga memasuki kamar tak ada pembicaraan. Darel akan membuang muka begitu Velin mencoba membuka topik pembicaraan. Terkadang ia hanya sekedar menggumam dan selebihnya mengabaikan Velin. "Darel, mandi dulu. Itu air hangatnya udah aku siapin," ucap Velin sambil menyisir rambut coklat kehitamannya yang tergerai. Velin sudah mandi duluan dan masih tetap setia untuk 'mencairkan' kebekuan Darel.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAREL
RomanceRomance - Thriller - Action [TELAH DITERBITKAN] Highrank : #1 psychopath #1 arrogant #1 Darel #1 posesif #1 gore #1 stalker #2 psycho #2 possesive #20 killer #31 teenfiction #52 dark Velin sama sekali tidak mengenal Darel. Darel adalah...