[11] Pertanyaan Gila

22.5K 1.2K 48
                                    

Ada kalanya, cinta-cinta lain datang,

Menawarkan diri padamu....

Disitulah kamu 'kan diuji,

Bertahan pada sang pangeran?

Atau, berkuda putih dengan para panglima?

DAREL
--------------------------

Plok! Plok! Plok!

"Mantap sekaleh, si rangking satu yaaaaa, jam segini baru nongol!"

Ck! Asem banget dah.

Kelas yang dari awal memang ribut karena para guru rapat, seketika menoleh ke arah Velin yang baru datang dengan wajah dongkol. Yang tambah menyebalkan lagi, sebagian besar dari mereka malah bertepuk tangan dengan wajah antusias. Ibaratnya, melihat murid teladan terlambat, seolah kebahagiaan besar bagi murid lainnya. Katanya sih, "Kapan lagi ngeliat murid pinter dihukum!"

Velin hanya melongos diam dan segera menuju bangkunya yang terletak disamping bangku Deva. "Eh, Velin!" Panggil Bima yang merupakan salah satu cowok paling nakal dikelas ini. Jahil. Velin tak peduli dan lebih memilih segera menata peralatan tulisnya di atas meja. "Aduh sombong banget sih, beb!" Sahut Roby temen Bima.

Begini kalau sudah tak ada guru. Bisa menggoda para pelajar siswi seenaknya. "Sayang, hadep belakang dong!" Siulan-siulan receh menyusul. "Kamu terlambat, lho! Sini biar ketua kelas yang hukum, yaaa!"

SABAR VELIN SABAR!

"Eh Dev! Gimana bokap lo? Masih ada acara bakar jagung nggak?" Velin tetap tak menyahut para unyuk itu dan lebih memilih mengajak ngobrol Deva.  "Yaelah, lo kira bokap gue tiap hari bakar jagung mulu apa? Duitnya sist!" Velin terkekeh pelan. Ia perhatikan dengan ujung matanya bahwa, para somplak itu, masih setia menatap ke arahnya.

MEREKA KENAPA SIH!?

"Deva!" Velin setengah berbisik menyuruhnya mendekat. "Napa?" Deva pun mendekatkan telinganya, "tuh, dorang Bima napa liatin gue mulu?" Deva sesaat mengernyit ke arah Velin kemudian berbisik, "lo belom tau rumornya?"

"Rumor apaan?"

"Bima katanya naksir lo."

"Apa!?"

"VELIN GLEDYA RANUAR!"

Bagai disambar petir. Velin terkejut setengah mati. Ia segera menoleh ke arah sumber suara mengerikan itu.

MAMPUS GUE!

"Cepat, ikut ke kantor sekarang!" Disana. Tepat dengan pelototan matanya, pak Tinus seakan mau memakan sosok Velin. "I-iya, Pak!" Velin pun berdiri dan pasrah mengikuti pak Tinus. Seketika suasana kelas yang awalnya bak pasar menjadi setenang telaga sore hari. Namun, tiba-tiba, suara Bima kembali terdengar.

"SAYANG!! AKU SELALU MENDOAKANMU! HATI -HATI, YAA!"

Sialan tuh cowok.

**

NIH, GUE MAU DIHUKUM, YA!?

Sepanjang perjalanan menuju kantor, hati Velin bergejolak gelisah. Pasalnya selama ini, ia tak pernah dapat hukuman. Ah, ini memalukan! Ralat, bagi Velin ini, sangat memalukan! "Masuk!" Suara pak Tinus sangar. Velin pun hanya diam, mengangguk dan segera memasuki kantor.

DAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang