"Abaikan rasa sakit gue. Mari kita seperti dulu... seperti anak kecil. Seperti dulu, sebelum kita berdua mengenal kata cinta."
My Possesive Boy Idol!
-----------------------------"SMA Binusvi pasti menang!! Ulala, ayeye!!"
"SMA Binusvi to going Internasional!!! Uwwwwwwww!!"
"Squad Binusvi is the besttt!!!"
"ALI VELIN DAREL FIGHTINGG!!"
"Ali nak musholla semangat, bang!!"
"Darel idolaku cintakuhh semangat! Muahhhh!!!"
"Velin cecan gue!!!"
Beratus sorakkan gagap gempita mewarnai lapangan SMA Binusvi di bawah langit biru pagi ini. Velin tersenyum kikuk dengan debar jantung yang semakin, menjadi-jadi. Aliran darahnya menghangat. Ada rasa senang luar biasa ketika menyadari ratusan orang mendukungmu dengan hangat, semangat, dan penuh cinta.
"Siapa tuh yang teriak Velin cecan gue!?" Bisik Darel geram pada Velin di tengah keramaian, "naksir kamu pasti! Ntar selesai lomba, aku cari tuh orang." Kedua bola mata Darel kini, memicing tajam, menghadap lurus ntah kemana. Seolah sedang berburu mangsa. Velin bergidik melihatnya.
"Yakin bakal dapet?" Tanya Velin balas berbisik pada Darel. Seketika sorakkan riuh semakin terdengar.
"Di panggung masih sempat ye bikin jomblo iri!!"
"Anjirrr yang pacaran di panggung!"
"Ali mah jadi obat nyamuk noh! WAHAHA!"
Kamvret!
Kepala Velin segera tertunduk tanpa sadar.
Bikin malu lo Velin, astaga....
"Betul noh. Kasian amet gue." Tiba-tiba Ali yang berada di sisi kanan Velin membuka suara. Padahal sedaritadi ia asik mengunyah permen karet dalam diam. "He he. Sorry." Cengir Velin pada Ali yang dibalas muka temboknya. "Sayang," panggil Darel dingin sembari mencengkram lengan kiri Velin. Velin meringis pelan. Darel mendehem keras walau suaranya jelas kalah dari ratusan penonton di depan kami yang siap siaga menunggu perlombaan dimulai.
"Jangan ngomong sama Ali."
Tampol gak, ya?
Jadi, sebenarnya Darel itu memaksa duduk di tengah tapi tidak diizinkan oleh pak Devan. Kata pak Devan, Velin yang mesti ditengah karena ia paling ahli soal memencet tombol.
Kok berasa agak gaje, hm.
Jadi deh Ali di sisi kanan Velin dan Darel di sisi kirinya. Dengan syarat dari Darel, Velin tidak boleh berbicara dengan Ali. Kecuali ketika pemberitahuan jawaban saat lomba dimulai.
Kamvret bat yekan.
"Iya Darel, iya," balas Velin pasrah. Bukan apa, ia masih risih akibat teriakan unfaedah tadi yang membuatnya malu setengah mati. Apalagi di hadapan seluruh murid SMA Binusvi. Seluruhnya. Velin benar-benar menjadi tranding topic di sekolah kini. Samar-samar, dari kejauhan, Velin melihat sosok Deva yang tengah tersenyum ceria dengan kertas besar putih di kedua tangannya, bertuliskan sesuatu.
HARUS MENANG LO, LO GAK MENANG, SIAPA-SIAP AJA GUE KASIH KAUS KAKI BUSUK GUE, JAHAHA!
Ugh.
Velin sampai mual membacanya. Merinding membayangkan kaus kaki Deva yang sengaja ia jadikan harta karun di bawah kasur empuknya yang bersarang laba-laba dan, kecoa. Ew. Kemudian, perhatian Velin teralihkan pada, Farhanz. Ia berdiri di bawah salah satu pohon dekat kantor guru bersama gerombalan kawannya. Lain halnya dengan Deva, Farhanz tak memegang apa-apa. Ia hanya tersenyum tipis menyadari tatapan Velin yang tertuju padanya.
Mata Velin terasa sendu....
Dan menyanyikan melodi sedih. Ingat malam ketika Farhanz datang? Ya, Velin menemuinya. Hanya pertemuan biasa yang dihiasi cemilan kue dan teh hangat buatan mamah. Hanya percakapan singkat mengenang masa lalu bersama abang Gery.
Hanya obrolan receh dengan lawakkan garing darinya. Tapi, Velin menyukai dan rindu semua itu. Vekin rindu Farhanz yang dahulu rela datang tengah malam hanya untuk membantuku mengerjakan pr ketika bang Gery tidak ada di rumah. Rindu Farhanz yang selalu menghiburnya dengan irama petikkan gitar yang membuat senyum Velin terlengkung.
Rindu Farhanz yang dahulu sebelum... menyatakan perasaan padanya.
"Dek? Jujur, gue masih punya perasaan sama lo. Tapi... gak apa. Akhiri aja. Gue tau akhirnya bakal sama. Gue gak apa. Jangan merasa bersalah. Mari kita perbaiki hubungan kita seperti dulu. Anggap gue abang yang selalu ada di sisi lo. Anggap gue abang yang menyayangi adeknya dengan penuh kasih sayang. Abaikan rasa sakit gue. Mari kita seperti dulu... seperti anak kecil. Seperti dulu, sebelum kita berdua mengenal kata cinta."
Itu adalah... kalimat terpanjang yang pernah Velin dengar dari seorang Farhanz malam kemarin. Dan juga, satu-satunya kalimat yang ia hiasi dengan setetes air mata.
Hanya setetes.
**
Kim Taehyung as
Farhanz Deka Kusuma
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
DAREL
RomanceRomance - Thriller - Action [TELAH DITERBITKAN] Highrank : #1 psychopath #1 arrogant #1 Darel #1 posesif #1 gore #1 stalker #2 psycho #2 possesive #20 killer #31 teenfiction #52 dark Velin sama sekali tidak mengenal Darel. Darel adalah...